Mohon tunggu...
Wahyudin
Wahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Coretan

Mencoba dan bergerak menafsirkan suatu kata dengan rangkaian suatu kisah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konflik Awal Arab-Israel Periode Modern

12 Mei 2022   21:00 Diperbarui: 12 Mei 2022   21:06 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal pertentangan dari Arab-Israel sudah terjadi sekian lama, dengan beberapa alasan-alasan tertentu konflik ini menjadi suatu penomena modern dan bukan menjadi hal yang baru lagi, yang berunjung  pada akhir pangkal abad ke-19. Komflik yang terjadi ini mejadi pemanas antara Arab -Israel dan menjadi masalah yang sangat besar dengan lahirnya negara Israel tahun 1948 dimana bangsa Arab tidak menerimanya. Hingga terjadinya komflik yang menyebabkan paling tidak nya ada 5 perang negara dan sejumlah bentrokan yang lebih kecil, termasuk dua iftida atau suatu pemberontakan palestina untuk mempertahankan tanah negaranya hal ini semakin kompleks karena diwarnai dengan suatu kelam-kelam keagamaan. 

Komflik ini semakin tegang antara orang-orang yahudi Israel dengan arab mulai adanya setelah masa 1880-an, ketika adanya imigrasi dari orang yahudi eropa semakin meningkat sejalan dengan pekembangan dari gerakan zionisme, yang merupakan sewatu gerakan politik yang menginginkan adanya pendirian negara uang khusus bagi orang-orang yahudi ditanah leluhurnya yaitu palestina. Imigrasi ini semakin meningkat dengan jumlah penduduk yahudi palestina pada tahun 1880, hanya empat persen dari sekitar 590.000 dari penduduk palestina juga yang berasal dari bagian yahudi dan menjadi sekitar 85.000 orang pada waktu itu tepat pada perang dunia satu pecah. Karena hal itu sejak awal adanya imigrasi yahudi ini adanya pertentangan oleh orang-orang arab karena menganggap Israel mengancam dan merebut kekuasaan mereka atas tanah palestina. 

Komflik ini semakit panas ketika perang dunia satu terjadi dan turki yang memiliki adidaya terhadap palestina ketika itu sedang mendukung Jerman. Untuk mengrongrong kekuasaan Ottoman, Inggris ketika itu berbicara dengan janji-janji manisnya menjanjikan kenegara Arab dengan janji adanya negara Arab Raya jika halnya dari orang-orang Arab bersedia untuk beraliansi dengan inggris melawan negara Turki. Namun janjinya inggris kala itu bersamaan dengan orang-orang yahudi dengan janjinya memalui deklarasi Balfour, dengan iming-iming janjinya akan diberikannya tanah air bagi yahudi yaitu tanah palestina jika halnya siap membantu dalam melawan dari kekuatan sentral.

Namun kenyataannya, dengan kelicikannya Inggris yang tidak menepati janji tersebut baik dengan arab ataupun dengan orang yahudi setelah kemenangannya inggris. Alih-alih untuk memperoleh arab raya, inggris dan prancis malah memecah belah timur tengah diantara mereka, dimana palestina dijadikan tumban dengan dijadikan sebuah daerah permandatan. Untuk memenangkan orang Arab dan menjaga kepentingan nasionalnya,  kemudian inggris mendirikan suatu kerajaan bernama Transyordan dibawah dinasti Hashemite yang mencakup dari 77 persen wilayah di permandatan palestina dan menolaknya dominasi orang-orang yahudi di sisa wilayah palestina. Karena akibat hal itulah timbul komflik segitiga antara orang Arab, inggris dan Yahudi, yang sering kali memakan korban jiwa.

Ketika situasi komflik semakin meningkat dari kedua belah pihak pada saat itu setelah selesainya perang dunia dua, adanya pengusulan dari PBB dalam pembagian tanah Palestina yang dibagi menjadi dua bagian dengan tujuan untuk memecahkan konflik antara Arab-Israel, sementara pada saat itu orang Yahudi menerimanya sedangkan dari orang Arab menentang dan menolaknya. karena hal itu pada saat negara Israel diproklamasikan setelah kekuasaan inggris belakhir, pecahlah perang Arab-Israel pertama pada tahun 1948.

Perang berakhir dengan adanya kekalahan Arab dan tetap berdirinya negara Israel. Akibatnya Arab tidak menerimanya sehingga perang tersebut tidak di akhiri dengan suatu janji atau simbol perdamaian. Melainkan dari kedua kubu tersebut masih tetap berhadapan sebagai musuh. Hingga bisa disimpulkan bahawa latar belakang awal komflik Arab-Israel ialah perbedaan tanah leluhur salah satunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun