Mohon tunggu...
Wahyudi Ahlan
Wahyudi Ahlan Mohon Tunggu... Musisi - Musisi/Penulis

Seorang seniman musik klasik, performance, sekaligus penulis. Ketertarikan dalam hal seni, sosial, budaya, sejarah dan teknologi terkait perkembangan musik di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Festival Maek, Seni dan Sejarah Peradaban 4000 Tahun Sebelum Masehi

25 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 25 Juli 2024   08:48 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maek Festival 2024 merupakan kegiatan residensi yang digelar sejak Mei hingga Juli 2024. Puncak kegiatan ini kemudian menghadirkan sebuah festival rakyat yang diselenggarakan di lapangan sepak bola Jorong Koto Godang, Nagari Maek, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota, pada 17-20 Juli 2024. Kegiatan Maek Festival ini merupakan upaya pemerintah untuk mengungkap peradaban Nagari Maek yang dipercaya sebagai salah satu peradaban tertua di dunia. Residensi ini dihadiri oleh banyak seniman dan peneliti dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk dari berbagai negara seperti Jerman, Australia, Jepang, Kamboja dan Mesir. Festival ini digadang-gadang merupakan kegiatan terbesar yang pernah diadakan di Sumatera Barat, dan tentu saja disambut sangat antusias oleh masyarakat Nagari Maek.

Dok. Pasbana.com
Dok. Pasbana.com

Nagari Maek yang dijuluki sebagai Negeri Seribu Menhir, menyimpan sejuta misteri tentang peradaban manusia dari zaman Megalith yang diyakini oleh masyarakat sudah ada sejak 4000-5000 tahun sebelum Masehi. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Ketua DPRD Sumbar, Supardi yang mengatakan bahwa peradaban Maek merupakan peradaban tertua didunia yang dibuktikan dengan keberadaan ribuan menhir. Selain itu, dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau juga mengakui Nagari Maek merupakan peradaban tertua di Sumatera Barat. Tentu saja hipotesis-hipotesis ini masih perlu dibuktikan secara ilmiah, namun isu-isu yang berkembang ini tentu saja akan membuat gempar dunia arkeologi. Apabila hipotesis peradaban Maek berusia 4000 SM ini benar, maka akan menjadi catatan besar bagi sejarah peradaban manusia.

Komunitas WESSA melalui Sendi Orysal (komposer), dan Andre Dwi Wibowo (Sequencer Engineer) menjadi partisipan dalam residensi ini untuk menggarap karya yang mengangkat ide/gagasan dari peradaban seni di nagari Maek. Melalui karya kolaborasi tari kontemporer yang berjudul 'Masa'. Bersama dengan seniman internasional diantaranya; Jefri Andi Usman (Indonesia), Bianca Sere Pulungan (Jerman), dan Janette Hoe (Australia), Sendi terlibat sebagai komposer dalam garapan musik untuk seni tari kontemporer tersebut. Karya ini digarap dengan menggali nilai-nilai sejarah peradaban seni melalui batu-batu Menhir yang menjadi saksi bisu perjalanan 'Masa' di Nagari Maek. Program kebudayaan semacam ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana memelihara warisan budaya melalui seni pertunjukan, tanpa mencederai nilai-nilai otentik dari budaya itu sendiri.

Dok. Maek Festival 2024
Dok. Maek Festival 2024

Penggarapan karya 'Masa' melibatkan anak-anak Nagari Maek sebagai pelaku utama baik sebagai musisi maupun penari. Keterlibatan anak nagari ini dimaksudkan agar suatu saat mereka dapat menjadi leader bagi Nagari Maek dalam proses penggarapan karya-karya seni lainnya di Maek. Adapun anak nagari Maek yang terlibat dalam kegiatan ini diantaranya; Inggind Yeli Algi, Aisyah Nurmala, Anggin Yetriska, Virdani, Widuri Febrika Sari, Azzahra Salshabilla, M. Aidin Ardinal, Cherly Yulia Ghafar, Dela Sevana, Peza Pranama Putra, dan Nizia Marnila Sari sebagai Penari. Kemudian, Zahrati Salsabilah (vokal), Febi Juliko (perkusi/vokal), Fito Septriawan (perkusi/vokal), Muhammad Danel (perkusi/vokal), dan Pandu Winata (perkusi/saluang) sebagai musisi. Nama-nama tersebut diharapkan dapat menjadi cikal bakal seniman yang akan melahirkan karya-karya baru terkait Nagari Maek.

Penggarapan musik dalam karya 'Masa' ini mengangkat idiom tentang Nagari Maek melalui cerita-cerita Niniak Mamak dan Datuak pemuka adat Nagari Maek. Berangkat dari ide sederhana ini melahirkan lirik-lirik yang kemudian dikembangkan kedalam karya musik kontemporer. Adapun lirik yang disusun oleh Febi Juliko ini adalah sebagai berikut. 

Nan Bonamo Saribu Menhir (yang bernama Seribu Menhir)

Kaluak Paku Nan ta Surek di Ateh nyo (kaluk paku yang tersurat di atasnya)

Bukik Posuak Nan jo Pao Ruso (bukit Posuak dan Pao Ruso) -- merujuk pada nama tempat

Bukik Tungkua Sarato jo Batang Maek (bukit Tungkua serta pula dengan sungai Maek) -- merujuk pada nama tempat


Nan Bonamo Saribu Menhir (yang bernama Seribu Menhir)

Kaluak Paku Nan ta Surek di Ateh nyo (kaluk paku yang tersurat di atasnya)


Dalam garapan komposisi musik karya 'Masa' menggunakan gaya komposisi musik kontemporer, yang memadukan instrumen klasik (viola), modern (soundscape, sound effect), dan tradisi (talempong, kentongan, gendang, dan saluang). Konsep penggarapan karya musik ini adalah sebagai musik iringan tari sehingga melahirkan gaya permainan yang dinamis, artinya menyesuaikan dengan gerakan-gerakan dari gerakan tari. Komponen-komponen ini kemudian melahirkan karya musik baru yang terakumulasi dari interpretasi masing-masing pemain musik terhadap alam, budaya dan tari dalam karya tersebut. 

Dok. Maek Festival 2024
Dok. Maek Festival 2024

Nagari Maek tidak hanya menyimpan catatan sejarah dengan Seribu Menhirnya, melainkan juga  menyimpan potensi-potensi kebudayaan yang harus dijaga dan terus dikembangkan. Keberadaan batu menhir di Nagari Maek merupakan satu dari sekian banyak kebudayaan yang harus kita ungkap bersama baik melalui perspektif seni, budaya, sosial, agama, sejarah, dan lain-lain. Hal ini tentu saja dibutuhkan, guna mengungkap identitas kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya. Melalui karya-karya seperti ini diharapkan kedepannya kita tidak hanya memelihara budaya tapi juga mengembangkannya sehingga terus dapat dinikmati oleh generasi penerus. Menolak lupa akan sejarah adalah bentuk penghargaan tertinggi terhadap identitas kita sebagai bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun