Mohon tunggu...
Agus Wahyudi
Agus Wahyudi Mohon Tunggu... Akuntan - Guru SD, mencoba belajar menulis dan mendongeng

Guru SD, sekarang tinggal di Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Miracle in Istanbul: Mengenang Kembali Final Liga Champions 2005

17 November 2020   23:17 Diperbarui: 22 November 2020   09:09 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyaksikan apa yang terjadi di babak pertama, saya rasa fans Liverpool tidak terlalu berharap banyak saat itu. Asal tidak kebobolan lagi di babak kedua saja sudah cukup. Namun, entah apa yang terjadi di ruang ganti saat jeda. Liverpool pada babak kedua seperti tim yang tidak sama. Mereka mampu mengimbangi permainan Milan. Sampai kemudian Gerrard menjadi pembeda.

Memanfaatkan umpan lambung Riise dari sisi kiri, Gerrard berdiri bebas tanpa pengawalan, menyundul bola ke arah sudut kiri atas gawang Dida. Keajaiban dimulai. Dua menit berselang, Vladimir Smicer mampu mencetak gol dengan tendangan dari luar kotak penalti.

Kemudian, Gattuso menjatuhkan Gerrard di kotak penalti dan Alonso mengambil tendangan 12 pas. Walaupun Dida sempat memblok, namun bola kembali mengarah ke Alonso sehingga ia mampu mencetak gol dengan kaki kirinya.

Tiga gol dalam tempo tujuh menit. Liverpool betul-betul mampu memanfaatkan momentum. Skor imbang, sehingga pertandingan dilanjutkan dengan extra time.

Babak perpanjangan waktu dan selanjutnya adalah panggung Jerzy Dudek dan keapesan Shevchenko. AC Milan seakan tampil seperti di babak pertama, begitu mendominasi dan terus mengepung pertahanan Liverpool. Yang membedakan adalah pemain Liverpool mampu bertahan lebih baik dan lebih beruntung.

Salah satu penyelamatan terbaik Dudek dalam karirnya terjadi pada paruh kedua babak perpanjangan waktu. Serginho mengirim umpan lambung menyilang yang langsung disambar dengan sundulan Sheva. Bola yang meluncur deras itu mampu dihalau oleh Dudek, namun sayangnya mengarah kembali ke Sheva yang berjarak hanya tiga meteran dari garis gawang.

Sambil berlari, Sheva menendang bola dengan kaki kanannya. Dengan posisi tubuh yang tidak ideal, Dudek kembali mementahkan bola tendangan Sheva itu. Tidak ada gol di babak perpanjangan waktu. Pertandingan dilanjutkan dengan adu penalti.

Lagi-lagi Shevchenko apes. Menjadi algojo terakhir yang menentukan, tendangannya mampu dimentahkan oleh Jerzy Dudek. Menang adu penalti, Liverpool juara.

Bagi fans Liverpool, final ini terkenal dengan sebutan Miracle in Istanbul. Tidak ada yang dapat menandingi ketegangan dan akhir bahagia karena mampu menjadi juara setelah menunggu selama 20 tahun.

Publik mungkin banyak menyamakan dengan comeback Liverpool saat bisa mengalahkan Barcelona 4-0 di Anfield pada leg kedua semifinal Liga Champions 2018-2019. Tetapi tetap saja berbeda, karena 2005 terjadi di final dan waktu yang tersedia untuk comeback hanya 45 menit.

Mission impossible has been accomplished. Komentar Clive Tyldesley setelah gol ketiga Liverpool begitu sempurna menggambarkan pertandingan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun