Mohon tunggu...
Wahyudi
Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Negeri Prupuk Utara 02

Saya berprofesi sebagi guru di salah satu Sekolah Dasar Negeri di wilayah kecamatan maragasri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Koneksi Antar Materi 3.1.a.7 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

30 April 2022   22:20 Diperbarui: 10 Mei 2022   16:30 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

oleh : Wahyudi, S.Pd

CGP Angkatan IV Kabupaten Tegal

Assalamulaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya adalah Wahyudi, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan IV  Kabupaten Tegal. Saya bertugas di SD Negeri Prupuk Utara 02 Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal dan saya mengampu Kelas V. Adapapun Pengajar Praktik saya adalah Bapak Eva Satriya Wijaya, M.Pd dengan fasilitator saya adalah Bapak Harmanto. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan tentang koneksi antar materi terkait modul 3.1 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan materi sebelumnya pada Program Guru Penggerak.

  • Bagaiamana pendangan Ki Hadjar Dewantara dengan filososi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
  • Dalam pandangan Ki Hadjar Dewanatara pada Filosofi Pratap Triloka khususnya adalah ing ngarso sung tuladha itu memberikan pengaruh yang sangat besar kepada kita sebagai guru dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Maksudnya adalah kita sebagai guru harus menjadikan panutan atau tauladan bagi para siswa. Dalam praktiknya pengambilan keputusan seorang guru harus mampu memberikan karsa atau usaha keras dalam membantu siswa untuk dapat menyelasaikan sendiri permasalahan yang dialami secara mandiri, serta guru mampu menjadi pamong bagi siswa utuk mecapai kabahagian. Hal ini sesuai dengan Filosofi Pratap triloka yaitu Tut Wuru handayani.
  • Bagaimana nilai nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
  • Dalam pribadi seorang guru semestinya memiliki nilai-nilai yang positif yang tertanam dalam dirinya, dan nilai nilai tersebut mampu membawa dirinya untuk dapat menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
  • Nilai nilai positif tersbut akan mendorong dan membawanya pendiditk untuk dapat mengambil keputusan dengan tepat. Adapun nilai-nilai positif tersbut adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang harus kita pegang teguh pada saat kita harus mengambil sebuah keputuan yang akan menentukan kedapannya. baik dalam situasi dilema etika (benar lawan benar) maupun pada situsi bujukan moral (benar lawan salah)
  • Nilai nilai mandiri, reflektif, kolaborasi, inovatif dan berpihak pada murid merupakan manifestasi dari implementasi kompetensi sosial emosioanal diantaranya dalah kesadaran diri, pengelolaam diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi dalam proses pengambilan keputusan sehingga keputusan yang kita ambil dapat meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang terjadi.
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan "coaching" yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambil keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkan ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersbut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi"caoching" yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
  • Coaching merupakan suatu keterampilan untuk menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik pada diri kita maupun pada orang lain. Dalam praktik coaching dibutuhkan komunikasi yang baik yaitu komuniasi yang asertif. Konsep TIRTA sangat pas jika kita kombinasikan dengan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
  • Pembimbingan yang dilakukan baik oleh pendamping praktik (PP) maupun fasilitator membantu saya untuk mengevaluasi dan merefleksikan keputusan yang saya ambil. Apakah keputusan  tersebut sudah berpihak pada murid atau belum, apakah keputusan tersebut mengandung nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan tersebut dpat dipertanggungjawabkan.
  • TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dari model GROW ( Goal, Reality, Options, dan Will ). Dalam praktik coaching juga kita mengenal konsep-konsep coahing itu sendiri. Adapun konsep caoching adalah "TIRTA". TIRTA merupakan sebuah akronim T = Tujuan dilakukan coaching, I = Identifikasi , R = Rencana aksi, TA = Tanggung jawab.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
  • Sebagai seorang pendidik kita harus mampu memetakan dan mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, karena setiap murid merupakan pribadi yang unik dan mempunyai minat dan bakat yang berbeda. Dan disinilah peran guru agar  perbedaan minat, bakat serta profil belajar murid dapat dijembatani sehinggan dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan pembelajaran yang berpihak pada murid.  Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan dan kepentingan murid. Kompetensi sosial dan emosional itu diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan bijak.
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai nilai yang dianut seorang pendidik.
  • Sebagai pemimpin pembelajaran, seoarng guru harus dapat melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut mengandung dilem etika atau bujukan moral? Dengan nilai nilai yang dimiliki oelh seorang guru seperti nilai mandiri, inovatif, kolaboratif dan reflekif seorang guru dapat menuntun muridnya untuk dapat menggali potensinya dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapinya.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif dan nyaman.
  • Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada Situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya.
  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Kesulitan-kesulitan yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan /kendala yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak melibatkan guru atau warga sekolah lainnya, sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut , kita tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan/ sekolah,, adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam budaya di lingkungan menimbulkan rasa kasihan lebih dominan dan terburu-buru dalam pengambilan keputusan.
  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
  • Sebagai seorang pendidik, saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang.
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
  • Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
  • Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.
  • Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.
  • Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun