Senin kemarin, sang pengusaha nyentrik, Bob Sadino akhirnya dipanggil Tuhan menghadap keharibaan-Nya. Meninggalnya Om Bob, begitu beliau biasa disapa cukup menghebohkan pemberitaan utamanya disosial media. Banyak orang yang mengucapkan bela sungkawa, berkomentar diberita atau blog online maupun sekedar me-retweet berita kematian beliau. Bahkan banyak tokoh nasional sekaliber BJ Habibie turut melayat beliau. Publik Indonesiapun seolah olah sepakat untuk merasa kehilangan sosok pengusaha sekaliber Bob Sadino.
Berapa banyak pengusaha Indonesia yang lebih sukses dibanding Bob Sadino? Banyak tentunya. Lebih kaya? Juga pasti banyak. Lebih dramatis perjuangan dan kisahnya dalam membangun kerajaan bisnisnya? Pasti banyak juga. Tapi seberapa banyak pengusaha sukses yang kematiannya ditangisi dan membuat orang lain berduka? Tentu tidak banyak sosoknya. Tapi kenapa sosok Bob Sadino lebih mengakar dibenak rakyat Indonesia, bahkan dibanding pengusaha yang lebih sukses lainnya tentu ada sebabnya. Bob Sadino tidak hanya menjadi sesosok pengusaha sukses tapi telah mampu bertransformasi menjadi sebuah “Brand” yang dicintai keberadaannya dan diratapi kematiannya.
Ibarat brand yang menancap kuat secara emosional dibenak konsumen layaknya Kodak, Fuji Film dan Nokia, maka meninggalnya Bob Sadino membuat banyak orang merasa kehilangan atas kepergiaannya. Lantas faktor apa saja yang membuat kehadiran beliau layaknya sebuah brand? Tentu banyak faktor yang membuat beliau dianggap lebih dari sekedar pengusaha biasa dan mempunyai ikatan emosional lebih dibenak banyak orang yang bisa dimaknai sebagai “Branding Bob Sadino”.
Keunikan Bob Sadino
Ibarat sebuah brand, untuk menjadi lebih dari sekedar brand yang sukses dibanding kompetitor maka brand tersebut harus mempunyai nilai dan sisi keunikan lebih kompetitor. Sisi unik ini tidak hanya harus jelas berbeda dibanding brand lain, tapi bisa menjadi ciri khas tanpa harus terkesan norak, dipaksakan dan bahkan bisa menjadi nilai lebih bagi brand tersebut dimata konsumen, apalagi kalau bisa menjadi trend setter bagi konsumen maka brand tersebut akan menjadi brand yang inspirational.
Begitu juga Bob Sadino, jika berbicara beliau mungkin bagi banyak orang yang tergambar adalah laki – laki sepuh yang tampak selalu ceria, biasa berbaju kasual dan bercelana pendek kemana dan dimana saja. Amat jarang menemukan beliau dengan penampilan rapi dan formal layaknya pengusaha lainnya. Unik dan menjadi ciri khas beliau dan terkesan apa adanya karena memang beliau merasa lebih nyaman berpenampilan seperti itu. Celana pendek dan baju kasual ibarat sudah menjadi sebuah branding bagi Bob Sadino. Dengan tampilan tersebut mampu membuat beliau nyaman sekaligus siapa saja yang bertemu beliau menjadi lebih cepat akrab dan nyaman tanpa ribet dengan formalitas belaka.
Nilai lebih Bob Sadino
Sebuah brand yang sukses biasanya pasti memiliki nilai lebih dibenak konsumen. Nilai lebih ini bisa bersifat emosional yang tak terukur nilainya, bisa juga bersifat fungsional yang memang terukur nilainya, misalnya lebih enak, kecocokan, berkualitas dan bergizi. Nilai lebih emosional biasanya dipunyai oleh brand – brand lifestyle dan Fashion semacam Hermes, LV, Prada dan lainnya. Sementara nilai lebih fungsional lebih sering ditemukan dibrand – brand consumer goods (FMCG) semacam sabun, pasta gigi, shampoo dan lainnya. Walaupun kadang banyak brand – brand FMCG yang mencoba keluar dari sisi fungsional ke emosional agar mempunyai ikatan lebih dengan konsumennya dengan cara menggunakan brand ambassador publik figure dan strategi komunikasi kepada konsumen.
Demikian pula Bob Sadino. Tak ada yang menyangkal bahwa beliau adalah pengusaha sukses seperti banyak pengusaha sukses lainnya. Tapi tak hanya seperti yang lain, beliau adalah pengusaha sukses++ alias punya nilai lebih sebagai motivator dan sosok inspiratif bagi banyak orang. Tak banyak pengusaha yang mau blak – blakan membagi resep suksesnya, memotivasi banyak orang untuk mengikuti jejaknya walaupun bisa jadi kelak akan meniru dan menjadi pesaingnya sekaligus menjadi inspirasi banyak orang untuk terjun kedunia bisnis.
Bagi penghuni zona nyaman, beliau adalah contoh sukses seorang pengusaha berhasil yang sebelumnya juga menghuni zona nyaman sebagai karyawan Jakarta Lloyd. Demikian bagi orang yang kurang beruntung nasib dan pendidikannya, perjalanan beliau dari seorang supir taksi dan tukang bangunan yang mampu bertransformasi menjadi pengusaha sukses bisa menjadi motivasi mereka, bahwa keterbatasan pendidikan dan keahlian tak menghalangi orang menjadi sukses asal mampu membaca peluang dan mau bekerja keras.
Keramahan Bob Sadino
Sebuah brand untuk menjadi sukses tidak hanya harus mempunyai keunikan dan nilai lebih juga harus bisa diterima dipasar baik secara fungsional maupun emosional agar konsumen merasa menjadi bagian dan memiliki brand – brand tersebut. Makanya dalam dunia pemasaran, selain melakukan iklan dimedia massa, brandpun melakukan brand activation dan engagement agar lebih diterima konsumen, menambah nilai keterikatan emosional, brand trial sampai loyalitas konsumen.
Demikian pula Bob Sadino, keramahan dan kemauan beliau berbagi ilmu tidak hanya membuat beliau mempunyai profesi dobel tapi juga membuat beliau lebih diterima masyarakat. Tak hanya penerimaan yang bagus bahkan banyak yang mengidolakan sekaligus menjadikan beliau sebagai motivator dan inspirator. Ketika seseorang menyampai level ini, tentu loyalitas masyarakat akan otamatis kuat dan publik akan merasa kehilangan ketika beliau meninggal dunia.
Inovasi Bob Sadino
Sebuah brand yang sukses tak boleh hanya puas dan mengandalkan positioning maupun keunggulan yang mereka punyai selama ini, kecuali mereka rela tergilas perubahan zaman layaknya Kodak, Fuji Film, Nokia dan banyak brand eks pemimpin pasar lainnya. Sebuah brand yang sukses harus selalu berinovasi dan harus lebih terdepan dibanding kompetitor. Jika mau menjadi pemimpin pasar, sebuah brand tak cukup hanya sebagai pengadopsi tren, tapi harus mampu menciptakan tren bagi konsumennya.
Begitu juga Bob Sadino, Sukses beliau sebagai pengusaha juga tak lepas dari kemampuan beliau menciptakan tren dan inovasi. Sejarah mencatat perjalanan bisnis beliau selalu penuh dengan inovasi baru, dimulai ketika membangun kerajaan bisnisnya yang berinovasi dan menciptakan tren memasarkan ayam broiler di Indonesia ketika pasar masih didominasi telur ayam kampung. Hasilnya kita lihat saat ini, telur ayam broiler lebih mendominasi pasar dibanding telor ayam Kampung. Demikian pula soal pola tanam hidroponik beliaulah innovator untuk tanaman sayuran diIndonesia, sebuah hal yang ternyata sangat cocok dilakukan dikota – kota besar layaknya Jakarta yang lahannya terbatas.
Jadi tidak aneh kalau banyak orang merasa kehilangan atas meninggalnya Bob Sadino, karena ibarat sebuah brand, beliau bukan brand biasa tapi sebuah brand yang mampu membranding dirinya ketengah masyarakat dengan cara “Branding Bob Sadino”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H