Mohon tunggu...
Wah Yudi
Wah Yudi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Warga Indonesia yang saat ini tinggal diJakarta dan bekerja di Industri Periklanan.\r\n\r\nFans AC Milan era the dream team, tapi juga penggemar permainan cantik nan indah ala Tiki Taka dan Total Football. Jadi suka bingung, mules bin pening jika AC Milan ketemu Barca seperti 4x di LC 2012 atau Belanda vs Spanyol di PD 2010 :D Tapi klub Nottingham Forest yang paling saya suka, cinta lingkungan gitu kesannya Hahaha :D

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nyanyi Sunyi Budi Gunawan

8 Februari 2015   04:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:37 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa Budi Gunawan? Ada apa dengan Budi Gunawan (BG)? Begitu mungkin pertanyaan yang menyelimuti benak rakyat Indonesia sebulan terakhir ini hingga mampu membuat Jokowi pusing, kalang kabut dan menjadi peragu untuk memutuskan pencalonannya sebagai kapolri. Tak hanya Jokowi yang dibuat pusing, masalah BG ini pun makin hiruk-pikuk dengan terlibatnya KPK, Polri, PDIP, Nasdem hingga TNI memanaskan suasana. Dari pertarungan terbuka Polri – KPK, tekanan hingga pelecehan PDIP dan Nasdem pada presiden sampai dilibatkannya TNI untuk menyiagakan Kopasus menjaga kantor KPK dari isu penyerbuan Pamen Polri pasca dijadikannya Bambang Wijayanto sebagai tersangka saksi palsu pilkada Kobar.

Namun sepertinya ada satu hal yang menarik dan luput dari perhatian adalah sikap diamnya Budi Gunawan saat ini seolah-olah tak mau tahu kehebohan yang terjadi akibat ditetapkan dirinya jadi calon tunggal kapolri. BG seolah-olah menjauh dari pusaran konflik dan memilih duduk manis menonton jalannya pertarungan KPK – Polri dan kehebohan Jokowi sambil menunggu ujung drama pencalonannya saat ini. Media pun seolah-olah juga tak tertarik memburu info langsung ke BG sebagai pihak yang namanya paling sering disebut dalam kekisruhan politik dan hukum saat ini. Justru para pemain figuranlah yang seolah berebut panggung meramaikan pertunjukan dari mulai orang-orang PDIP, ring satu Jokowi, menteri, Wantimpres, Tim Independen sampai pengamat yang memang selalu memanaskan suasana.

Padahal sebagai salah satu aktor utama pertunjukan, BG sangat layak dinantikan pendapat, sikap, dan langkahnya terkait nasib pencalonannya yang berada di ujung tanduk. Namun ibarat sniper atau penembak jitu veteran, BG justru memilih diam membisu sambil mengintai dengan senapan berpeluru mematikan dan hanya menyiratkan keberadaan dirinya semata. Dalam perang, penembak jitu adalah sesosok monster mengerikan karena keberadaannya adalah ibarat cerita mitos antara ada dan tiada. Tak perlu menunjukkan sosoknya tapi namanya sudah cukup membuat lawan terintimidasi untuk sekedar berjalan sendirian ataupun membuat langkah ceroboh yang membuat dia masuk dalam jangkauan bidikan peluru mematikan.

Sebagai penembak jitu, nama BG sepertinya masih sangat diperhitungkan dan membuat pusing Jokowi, PDIP dan Nasdem sampai hanya berani digantung nasibnya, tak jelas apakah bakalan dilantik atau dibatalkan. Jokowi seolah-olah hanya berani melakukan psywar pada sang sniper via Buya Sfafii Ma’arif dan Kompolnas yang melontarkan isu pembatalan sebagai kapolri dan pemilihan calon kapolri baru sebagai upaya “Taste the water” menunggu gerakan ceroboh sang sniper sehingga bisa segera dihabisi. Namun sebagai sniper, BG rupanya telah teruji mental dan daya tahannya sehingga tak terpancing ikut dalam pusaran konflik secara terbuka dan lebih memilih melontarkan psywar balasan isu “Akan membuka kecurangan pilpres 2014 jika gagal dilantik” yang segera menghangatkan suasana karena disebarluaskan pihak-pihak yang mempunyai agendanya masing-masing selama konflik berlangsung.

Jalan Buntu Budi Gunawan

Secara nalar sungguh aneh jika Jokowi tak mampu segera menyelesaikan kisruh Budi Gunawan hingga berlarut-larut seperti sekarang. Sebagai Polisi bintang 3, akan sangat mudah sebenarnya bagi Jokowi untuk menonaktifkan BG, tinggal perintah ke plt Kapolri yang notabene bawahannya dan atasan BG, maka selesai sudah nasib BG. Namun kenyataannya BG memang ibarat sniper, hanya seorang diri tapi layaknya sosok yang menakutkan bagi Jokowi karena mampu membuat teror bagi koalisinya untuk balik menekan Jokowi agar tidak membatalkan pelantikan BG yang akan membuat sang sniper segera menembak balik mereka satu per satu.

Bahkan sebagai langkah hati-hati dalam menangani teror mental sang sniper, Jokowi tak segan-segan bertindak di luar pakem yang berpotensi menurunkan kewibawaannya. Alih-alih menggunakan kekuasaannya dalam membawahi Polri tapi justru langkah membujuk dan meminta BG mengundurkan diri karena sudah menjadi tersangka korupsi KPK. Tak hanya sekali, tindakan yang seharusnya tidak pantas dilakukan oleh presiden ini dilakukan berkali-kali seperti yang diberitakan oleh media massa. Namun apa lacur, walaupun presiden sudah berlaku di luar kepantasan BG tetap kukuh menolak untuk mundur dan seperti menantang Jokowi untuk membatalkan pelantikannya, sesuatu yang membuat Jokowi gamang dan ragu hingga saat ini.

Lantas hal apakah yang mampu membuat BG nekat melawan dan tak mengindahkan permintaan Jokowi yang notabene adalah atasan yang wajib dia patuhi? Mungkin status tersangka korupsi KPK adalah jawabannya. Sebagaimana kita ketahui bersama KPK tak punya kebijakan mengeluarkan SP3 bagi orang yang sudah dilabeli tersangka korupsi KPK, hanya satu langkah pasti yang harus ditempuh: menggelar penyidikan, menuntut dan menjadikan sang tersangka menjadi terdakwa dan menjadi pesakitan korupsi di pengadilan. Apalagi rekor 100% meng-KO lawan-lawannya membuat status tersangka KPK itu nyaris tak berbeda dengan narapidana korupsi dan hanya berapa lama vonis penjara saja sebagai pembeda.

Karena kenyataan inilah mungkin BG kemudian seperti melihat jalan buntu di depannya, tak ada langkah mundur karena berarti masuk jurang berupa penjara maupun belokan untuk menghindar. Yang ada hanya tembok yang dulu kokoh bernama KPK untuk dihancurkan walau itu berarti harus nekat menjadi seperti sniper yang dalam diam mengamati sekitar untuk menembak satu per satu musuh yang perlu dibunuh atau meledakkan granat atau bom bunuh diri jika diperlukan, mati bersama musuh ataupun kawan yang dianggap berkhianat jika diperlukan, karena bagi BG tak ada pilihan lain saat ini, dia ataukah para pimpinan KPK yang akan masuk penjara.

Simalakama Jokowi

Kasus Budi Gunawan ini tak pelak menjadi seperti buah simalakama bagi Jokowi, jika memenuhi harapan rakyat untuk membatalkan pelantikan dan sekaligus menonaktifkan BG bisa jadi akan membuat Jokowi berhadapan dengan parpol koalisinya sekaligus bertaruh akan kebenaran isu bahwa BG akan membuka kecurangan pilpres 2014. Jika isu ini salah tentu tak mengapa, tapi jika ternyata isu itu benar tentu akan sangat merepotkan Jokowi, apalagi jika BG nanti mampu menghantam telak Jokowi yang bisa berujung pada upaya pemakzulan Jokowi atau setidaknya hilangnya kepercayaan rakyat pada Jokowi.

Namun jika tidak membatalkan dan menonaktifkan BG maka Jokowi bisa jadi akan berhadapan langsung dengan rakyat, baik yang dulu mendukung maupun yang tak mendukungnya. Jika ini terjadi maka kredibilitas Jokowi akan pudar dimata rakyat apalagi jika dibarengi dengan robohnya KPK karena semua pimpinannya dijadikan tersangka oleh Polri maka bisa Jokowi akan dianggap sebagai rezim pemerintahan terburuk sepanjang sejarah Indonesia.

Namun satu hal yang pasti, bagaimanapun Jokowi berusaha menghindar dan mengulur waktu tetap saja suatu saat harus memutuskan nasib BG dan mungkin juga berimbas pada KPK nanti. Dan semakin lama kasus ini bergulir dan berlarut – larut makin hilang pulalah kepercayaan rakyat pada Jokowi dan berubah menjadi kepercayaan bahwa Jokowi adalah seorang presiden yang peragu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun