"Sekitar tahun 1998-1999, dimulai dari olahraga, rekreasi hingga kemudian menekuni sebagai penyelam. Seiring dengan waktu akhirnya saya merekam semua perubahan alam, proses degradasi, sehingga kira-kira setelah 10 tahun menyelam cukup menjadi memori bagi saya bahwa telah terjadi perubahan yang signifikan akibat dari cara-cara kita berinteraksi dengan laut," katanya.
Sejak saat itulah ia kemudian banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang melindungi terumbu karang, lingkup pesisir dan pulau-pulau kecil, termasuk mendalami aspek sosial, budaya, tradisi, sejarah dan lainnya.
Menurutnya, dari segi kesejarahan, eksploitasi laut sudah sejak ratusan tahun yang lalu, termasuk berbagai peperangan yang terjadi di wilayah laut yang banyak menyebabkan kerusakan terumbu karang. Lalu ditambah di masa-masa selanjutnya di mana terjadi eksploitasi berlebih atas sumber daya laut.
"Dari beberapa kajian dikatakan kerusakan terumbu karang di Spermonde ini yang rusak itu kan sekitar 70 persen, sementara yang masih baik sekitar 5-6 persen. Dan baik sekali ya, sehat sekali dan sehat saja dan baik saja itu sekitar 23 persen atau 24 persen. Sehingga kemudian menyebabkan daya produksi laut kita semakin menurun yang berimbas pada perekonomian nelayan."
Nelayan pun kemudian semakin jauh dalam menangkap ikan dengan risiko dan biaya yang lebih besar.
"Itulah kemudian kenapa nilai tukar nelayan kita tidak pernah naik. Karena ongkos operasional saja untuk bisa mengambil sumber daya alam laut ini sudah sangat besar dan berisiko.
Januar mengumpamakan kondisi pulau-pulau kecil ibarat sebuah piring yang diisi dengan beras dan berasnya terjatuh.
"Nasinya jatuh-jatuh dari piring karena ruang sudah terbatas sekali, tidak ada lagi. Sehingga pohon pun tidak mampu bersaing dengan laju kebutuhan ruang di sebuah pulau. Nah itu yang membuat kemudian kebutuhan ruang itu mengeksploitasi sekali lagi terumbu karang untuk dibuatkan daratan baru di beberapa pulau-pulau."
Di sisi lain, aktivitas bom, bius, penambangan terumbu karang, bahkan penggunaan pukat harimau yang jaringnya kecil-kecil atau cantrang masih terus terjadi hingga sekarang yang dipicu oleh kebutuhan nelayan untuk bertahan hidup.
Menurut Januar, dalam kedudukannya sebagai anggota legislatif, ia berupaya memaksimalkan posisinya tersebut untuk mendorong berbagai kebijakan terkait lingkungan, ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.
Antara lain terlibat dalam perumusan perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K), perda perikanan, dan perda terkait perlindungan mangrove yang disahkan tahun ini. Terakhir ia ikut mendorong perda perlindungan karang yang telah masuk dalam pembahasan dewan.