Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Accaru-caru, Ritual Leluhur yang Masih Dipraktikkan Nelayan di Galesong

24 Maret 2018   15:19 Diperbarui: 24 Maret 2018   20:37 2806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ritual accaru-caru di Galesong Takalar. Foto: Wahyu Chandra

Galesong yang hidup sepanjang pesisir Takalar adalah komunitas masyarakat pesisir sehingga budayanya pun akan sangat terkait dengan budaya maritim. Jika di masa lalu Galesong merupakan salah satu kerajaan anak dari Kerajaan Gowa, maka kini Galesong secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Takalar. Mencakup tiga kecamatan, yaitu Galesong, Galesong Utara dan Galesong Selatan.

Asal nama Galesong sendiri memiliki banyak versi sejarah. Sebuah versi menyatakan bahwa Galesong diambil dari sebuah tempat di Kerajaan Bone, yaitu Galesong dan Bajoe. Nama tersebut konon diperoleh ketika maharaja di pusat pemerintahan di Jamarang (Jarannika) di bawah kekuasaan Kerajaan Gowa.

Diceritakan bahwa ketika berkunjung ke Bone untuk bertamasya, sang raja melihat hamparan tanah yang sangat indah. Tanah di kedua tempat itu diambil masing-masing segenggam dan dimasukkan ke dalam pundi-pundi. Tanah yang diambil kemudian dibawa pulang dan kelak ditemui tempat yang tanahnya menyerupai dengan tanah yang dibawa tadi.

Di situlah kemudian ditempatkan pusat pemerintahan. Setelah kembali ke kampung, raja berkeliling di sekitar daerahnya untuk mencari kemungkinan ada tanah yang mirip dengan tanah yang ia bawa dari Bone tersebut. Tidak terlalu jauh dari daerahnya, raja menemukan tanah tersebut yang kemudian dinamakan Galesong. Pusat pemerintahan pun dipindahkan ke daerah baru ini.

Versi lain menyebutkan bahwa kata Galesong berasal dari kata galiga dan nisongong. Kata galiga mungkin sepadan dengan kata gelegah atau gong besar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pada kata galiga terjadi penghilangan salah satu suku kata, yaitu terakhir ga sehingga menjadi gali.

Adapun kata nisongong (dijunjung) adalah kata turunan yang terbentuk dari prefix ni- dan songong. Prefix ni- bermakna gramatikal sama dengan prefix di- dalam Bahasa Indonesia, sedangkan songong berarti junjung. Pada kata isongong terjadi pula proses penghilangan sebagian elemennya sehingga tersisa song. Jadi kata galesong menurut versi ini terbentuk dari gali (galiga) dan song (nisongong) yang berarti 'gong besar yang dijunjung atau dibawa di atas kepala'.

Selain kedua versi di atas, secara etimologis dapat ditelusuri bahwa kata Galesong ada kemungkinan berasal dari kata gali (kapal perang) dan songsong (berlayar menempuh arus atau berlawan dengan arah arus). Dalam Bahasa Makassar dikenal kata sossong atau labrak. Galiung (kapal) atau galis (perahu perang yang berukuran besar). Dari gabungan kedua kata tersebut lalu terjadi proses penyingkatan sehingga terbentuklah kata galesong.

"Di antara kata yang telah di sebutkan di atas, gabungan kata yang paling memungkinkan sebagai asal kata galesong yaitu galai menjadi gales dan proses penghilangan silabik songsong menjadi song sehingga terbentuklah kata galesong. Tentu saja gabungan kata yang lain tidak tertutup kemungkinan dapat menjadi asal usul kata Galesong," jelas Tadjuddin.

Menurutnya, apabila kata galesong yang berarti 'kapal perang yang mampu melawan arah arus' dikaitkan dengan status Kerajaan Galesong sebagai kerajaan berbasis maritim pada masa Kerajaan Gowa, sangat logis diterima bahwa kata Galesong berasal dari kata galai yang mengalami proses deiftongisasi menjadi gale dan kata songsong yang mengalami proses penyingkatan atau penghilangan suku kata menjadi song.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun