jika dikatakan tak memiliki izin, bagaimana dengan kebebasan berekspresi yang dijamin oleh negara bagi siapa pun? kalau itu dikatakan merusak citra Bali sebagai kawasan wisata religi, toh fenomena gigolo ini memang sudah ada sejak dulu. Si pembuat fiklm bukanlah pencipta fenomena gigolo itu, ia hanya memotret fenomena yang ada.
Toh, beberapa saat lalu ketika diadakan razia PSK dan gigolo memang terjaring sejumlah PSK dan gigolo tersebut, yang menunjukkan bahwa apa yang diungkapkan dalam film tersebut bukanlah isapan jempol. Apa yang ada dalam film tersebut adalah data yang seharusnya dipelajari dan dijadikan bahan instropeksi diri bukan malah mempersoalkan pembuatannya dengan berbagai macam alasan.
Jika dikatakan mengandung unsur pornografi, toh film itu dipublikasikan tidak secara komersial, namun bisa diakses di YouTube oleh siapa saja. Jika dianggap melanggar unsur pornografi, usutlah semua film yang ada di YouTube.
Reaksi berlebih atas pembuatan film tersebut semakin menegaskan bahwa kita memang bangsa yang reaktif. Kita merasa malu jika orang lain menunjukkan keborokan kita, meski itu memang realitas yang ada. Kita ini bangsa yang hanya suka marah, hanya karena orang-orang menilai kita bodoh dan pemarah, meski kita memang seperti itu.
Sekali lagi, apa yang salah dengan "Comboys in Paradise"?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H