Oleh :
Wahyu Catur Nugroho -- L100190152
Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki beragam spesies burung dengan banyak jenis salah satunya yaitu burung Perkutut. Banyak dari jenis burung perkutut memiliki daya tarik tersendiri, sehingga mampu memikat masyarakat untuk sekedar hobi memelihara sampai berwirausaha ternak.Â
Pada mulanya memelihara burung Perkutut hanya dilakangan bangsawan atau seseorang yang memiliki kekuasaan, namun pada saat ini memelihara burung Perkutut menjadi sebuah budaya popular yang dapat dinikmati semua kelas sosial dengan perkembangan selesa masyarakat karena dianggap mampu memberikan daya tarik tersendiri, entah dari motif bulunya atau keindahan suaranya serta yang paling diincar adalah katuranggan atau mitosny
Ada juga yang mendefinisikan bahwa dalam budaya tidak lagi dibedakan menjadi budaya tinggi dan budaya populer. Bagi beberapa hal ini untuk mengaburkan konstruksi elitis dan perbedaan dari budaya (Storey, 2018: 11).
Selera tidak hanya dilihat berdasarkan pendapatan atau kebutuhan dibalik pilihan konsumsi tertentu, oleh karena itu mereka semata bukan penanda kelas melainkan dari gaya hidup (Berzano, & Genova, 2015: 19). Ketertarikan terhadap burung perkutut tidak melihat usia dan kalangan. Sekarang masyarakat luas bisa memiliki hobi memelihara bahkan berternak burung Perkutut. Burung perkutut memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan jenis burung lainnya, masyarakat memiliki sebuah kepercayaan mengenani burung perkutut yang bisa mendatangkan rezeki atau kehokian bagi sang pemilik dengan suara setiap burung perkutut memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan katuranggan atau mitosnya. Hal ini menjadikan burung perkutut sebagai hewan peliharaan untuk gaya hidup dengan selera yang dapat diikuti oleh masyarakat luas.
Upaya membedakan diri dari kelas-kelas sosial lain merupakan bagian dari strategi. Tujuannya untuk mempertahankan kekuasaan. Maka, kecenderungan kelas yang didominasi adalah mengikuti budaya kelas dominan dan pola-pola pilihan mereka (Haryatmoko, 2016: 48). Dalam budaya memelihara burung perkutut tentu ada hal yang membedakannya yaitu burung perkutut katuranggan atau asli alam dan burung perkutut hasil ternakan.Â
Burung perkutut yang memiliki katuranggan kehokian atau pembawa rezeki hanyalah yang berasal dari alam asli karena insting alami dan tidak ada campur tangan manusia dalam proses berkembangnya sampai akhirnya diambil oleh manusia namun tidak menghilangkan katuranggan yang sudah dimiliki burung perkutut tersebut, hal ini menjadikan bahwa burung perkutut asli alam atau yang perkutut katuranggan memiliki nilai jual yang mahal bagi kelas sosial tertentu sebagai penanda kekuasaan dalam berbudaya memelihara burung perkutut ini.Â
Sedangkan perkutut hasil ternak biasanya sebagai hobi dan selera karena perkembangan fisik dan suara bisa dihasilkan sesuai keinginan manusia dengan cara yang bisa direncanakan, sehingga burung perkutut hasil ternak menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat yang ingin memelihara tanpa memikirkan katuranggannya serta menjadi sebuah hobi yang dapat meningkatkan harga pasaran burung perkutut hasil ternak tersebut. Hal tersebut menjadi strategi baru dalam mendapat kekuasaan bagi burung perkutut hasil ternak dikalangan masyarakat dan menjadi pembeda kelas sosial antara burung perkutut katuranggan atau asli dengan burung perkutut hasil ternak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H