Bicara tentang Pancasila berarti membicarakan norma yang fundamentalatau bersifat mendasar. Pancasila sebagai tujuan negara Indonesia yang seharusnya diwujudkan. Tujuan mulia untuk mensejahterakan kehidupan rakyat Indonesia. Pancasila juga sebagai sumber dari segala sumber hukum, berarti aturan-aturan dalam hukum harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagaipandangan hidup, sebagai jati diri bangsa Indonesia.
Tetapi dalam potret kehidupan yang berdasarkan Pancasila hanya sekedar ucapan atau konsep saja. Sekedar eksistensi yang dibaca dan diucapkan dalam kegiatan seperti halnya waktu upacara bendera yang diselenggarakan setiap hari senin. Tetapi penerapan hakikat Pancasila sendiri masih jauh dari harapan. Seperti salah satu nilai yang terkandung dalan Pancasila yaitu musyawarah mufakat. Pada kehidupan sekarang, musyawarah mufakat hanya dilaksanakan sekedar formalitas. Dalam pengambilan keputusan yang mufakat hanya sekedar ucapan “setuju”, tapi tidak dimaknai apa yang sebenarnya menjadi keputusan yang diambil demi kebaikan bersama.
Namun, sampai sekarang mengapa Pancasila hanya sekedar eksistensi, belum menjadi sebuah realita? Hal tersebut mungkin disebabkan oleh persoalan yang muncul yaitu dari segi persoalan subjektif dan objektif. Dari segi persoalan subjektif, manusia itu sendiri atau masyarakat atau elit politik belum ada kemauan penuh dalam memahami hakikat Pancasila dengan sungguh-sumgguh (masih setengah hati). Sedangkan dari segi objektif, Pancasila itu sendiri belum banyak gagasan yang muncul secara menyeluruh sesuai dengan hakikatnya demi terwujudnya tujuan Pancasila.
Mungkin jika Pancasila benar-benar diterapkan secara menyeluruh, Pancasila tidak sekedar eksistensi, tetapi menjadi fungsional. Dengan tujuan eksistensi dan fungsional, maka tidak hanya konsep tapi juga diterapkan demi mewujudkan nilai-nilai atau hakikat yang terkandung dalam Pancasila secara nyata.
