Mohon tunggu...
Wahyu Nugroho
Wahyu Nugroho Mohon Tunggu... -

I See The World is Old... And I See The World is Dead... Metalll....!!!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhan Selalu Eksis dan Konsisten

8 Juli 2010   13:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_188791" align="alignleft" width="270" caption="Alam semesta ini merupakan salah satu tanda kebesaran Tuhan (gambar diambil dari http://mybabybruins.com/astronomy_galaxy.jpg)"][/caption] Dewasa ini saya sering menemui kawan-kawan saya sendiri yang sudah mulai luntur kepercayaannya terhadap suatu agama. Bahkan ada seorang kawan yang mulai "berani" mempertanyakan eksistensi Tuhan dan mulai "minder" terhadap agama yang dianutnya. Bagi saya sih itu terserah dia, mau dia ragu ama agama dan Tuhan atau nggak, itu adalah pilihan/haknya. Tapi kalau dia memaksakan atau mempengaruhi orang lain, itu yang saya tidak sepakat. Seperti yang terjadi tempo hari, ketika sedang asyik online dengan salah satu layanan instant messenger, tiba-tiba ada seorang teman yang nge-chat dengan sebuah pertanyaan yang awalnya cukup bikin bingung juga, dia menanyakan kalau saya ini masih percaya kalo Tuhan itu ada apa nggak, lalu dia juga menanyakan kenapa setan itu masuk neraka, khan setan itu diciptakan dari api dan neraka itu khan panas (karena api)..?? Wah..wah... apa nih maksud pertanyaannya, apa cuma bertanya (curhat) aja atau mau ngajakin "menolak" Tuhan juga nih :) Dan setelah bertanya hal itu, dia meminta tolong untuk mencarikan jawaban dari pertanyaannya itu, dan kalau ada jawaban yang tepat dia berjanji akan kembali memeluk agamanya dan bertobat. Waduh jadi bingung cari jawabannya nih, soalnya saya sendiri bukan Ustad, Pastur, Pendeta atau Pemuka Agama. Salah menjawab, bisa berabe jadinya. Setelah berpikir panjang, tanya sana tanya situ (termasuk juga tanya "mbah" google), akhirnya saya mampu menemukan jawaban yang pas menurut saya. Dan saya pun berusaha untuk bertatap muka secara langsung dengan kawan saya tersebut. Saya bergegas pergi ke rumahnya karena kalau kelamaan keburu lupa ama jawabannya heheheee... (mumpung masih inget) Sesampainya di rumahnya, ketika saya bersua dengannya, tanpa babibu saya langsung menampar mukanya (jagoan banget nih hehehe), dan beruntung dia nggak langsung membalasnya, kalau dibales bisa malah berantem hahahaaa... Dan setelah itu terjadi perbincangan Dia bertanya, "Apa - apaan nih?". Aku pun menjawab dan balik bertanya, "Kamu khan tanya, Tuhan ada atau nggak?". Dia menyahut, "Iya, tapi bukan begini caranya memberikan jawabannya, tamparanmu ini SAKIT tahu". Aku balik nanya, "Sakit itu apaan, emangnya sakit itu apa dan bentuknya seperti apa sih, aku juga tidak melihat sakit ada dimana, jadi aku nggak percaya?" Diapun nggak bisa menjelaskan secara detail tentang Sakit. Dari sini aku mulai menjawab dan menjelaskan salah satu pertanyaannya, sakit itu khan cuma bisa dirasa dan nggak bisa diperlihatkan bentuk riilnya seperti apa, begitu juga Tuhan, Tuhan itu nggak bisa dilihat bentuknya, namun bisa kita rasakan keberadaanNya melalui kekuasaanNya maupun kebesaranNya. Dan kawanku tersebut juga mengangguk tanda setuju dan dia bisa menerima jawabanku ini, lalu dia lanjut bertanya mengenai pertanyaannya yang kedua. Untuk yang pertanyaan yang kedua ini juga cukup sederhana jawabannya, pas tadi aku tampar dia merakan panas dibagian yang aku tampar begitu juga tanganku yang tadi mendarat di pipinya juga merasakan panas. Padahal saya dan kawan saya ini sama-sama terbuat dari tanah, saling berbenturan bisa merasakan panas (sakit), begitupun juga api (setan), jika api "bertemu" api juga bisa merasakan panas (sakit). Lalu kawanku itu juga bisa menerima jawaban/penjelasnku ini, namun dia masih merasa belum "kalah". Lalu dia (mengulangi pertanyaannya yang pertama tadi) kenapa Tuhan itu nggak bisa dilihat ya, apapun yang tidak bisa dilihat apa harus dipercaya (berarti Tuhan itu tidak ada). Lama-lama bikin jengkel juga nih anak (padahal tadi udah dijelasin tapi masih aja ribet), tapi dengan pikiran dewasa dan lebih "waras" akupun (dengan sedikit geram) menyahuti, "Otakmu itu bisa dilihat nggak?? Kalo nggak bisa dilihat apa harus dipercaya kalo kamu masih punya otak, berarti otakmu itu juga nggak ada....!!!". Dan akhirnya dia diam seribu bahasa, dan menyatakan maaf, kalau berarti dia telah khilaf dengan meragukan keberadaan Tuhan. Secara sportif kawan saya ini pun kembali percaya kalau Tuhan itu ada dan mau memeluk kembali agamanya dengan taat. Mari kita ambil hikmah dari "kisah nyata" ini :) semoga bermanfaat dan kita bisa belajar serta mampu lebih meningkatkan lagi keimanan kita masing-masing. Dan mohon maaf jika tulisan ini masih belepotan dan banyak kurangnya (atau mungkin masih kurang nyaman dibaca juga heheheee....), karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan semata. Bagi yang nggak suka ama tulisan ini, lebih baik nggak usah dibaca apalagi komen yang bernada provokasi hahahhaaaa..... Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun