Mohon tunggu...
Filsafat

Berbakti Kepada Orang Tua yang Bagaimana dalam Islam?

25 Mei 2015   10:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbakti pada orang tua adalah kewajiban setiap anak. Orang tua adalah beliau yang merawat, mendidik dan mengajarkan kebaikan kepada kita. Orang tua yang mengandung, melahirkan dan memiliki ikatan darah yang sama dengan kita sering disebut orang tua kandung. Bapak ibu guru juga disebut orang tua kita jika disekolahan karena beliau mengajarkan dan memberikan ilmu kepada kita, sehingga kita menjadi orang yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Berbakti pada orang tua adalah salah satu amalan yang bisa membuat seorang hamba lebih dicintai oleh Allah SWT. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :

وَ عَنْ اَبِى عَبْدُالرَّحْمَنُ عَبْدُاللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَاَلْتُ النَبِىَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ اِلَى اللهِ؟ قَالَ : اَلصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا, قُلْتُ : ثُمَّ اَىُّ؟ قَالَ : بِرُّالْوَالِدَيْنِ, قُلْتُ : ثُمَّ اَىُّ؟ قَالَ : اَلْجِهَادُ فِى سَبِيْلِ اللهِ. (متفق عليه)

Artinya: Dari Abi ‘Adurrahman Abdullah bin Mas’ud ra berkata : Saya bertanya kepada Nabi Muhammad SAW “Amal apa saja yang menyebabkan saya lebih dicintai oleh Allah SWT? Rosulullah SAW menjawab “Sholat tepat pada waktunya”. Saya bertanya “kemudian apa lagi?” Rosulullah menjawab “Berbakti kepada orang tua”. Saya bertanya “kemudian apa lagi?” Rosulullah SAW menjawab “Jihad dijalan Allah SWT”. (HR. Bukhari Muslim)

Berdasarkan hadist tersebut dapat kita ketahui amalan-amalan yang menyebabkan seorang hamba lebih dicintai oleh Allah SWT yaitu sholat tepat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan jihad dijalan Allah SWT. Berbakti kepada orang tua dapat dilakukan dengan cara antara lain selalu membantu beliau, tidak pernah membantah beliau selama nasihat beliau tidak menyimpang dari syariat, mendoakan beliau dll. Ayah adalah beliau yang bertugas mencari nafkah untuk keluarga dan sebagai imam serta pemimpin dalam rumah tangga, sedangkan ibu adalah beliau yang telah mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari, menyusui kita selama kurang lebih dua tahun dan merawat kita sejak lahir. Begitu besar pengorbanan orang tua terhadap kita, semua jasa beliau tidak dapat tergantikan oleh apapun yang ada di dunia ini terutama kasih seorang ibu. Tingkatan berbakti kita pada ayah dan ibu adalah satu banding tiga (1:3), ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ. (رواه مسلم)

Artinya : Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhak saya hormati?” Rasulullah menjawab, "Ibumu" Orang tersebut bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasulullah SAW menjawab, "Ibumu" Orang itu bertanya lagi, "Setelah itu siapa?" Rasulullah SAW menjawab, "Ibumu" Orang tersebut bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Akhirnya Rasulullah pun menjawab, "Kemudian ayahmu" (HR. Muslim)

Mengapa ibu disebutkan oleh Rosulullah SAW sebanyak 3 kali? Dan kenapa ayah tidak disebutkan pertama? Ini menjadi pertanyaan dalam benak kita. Perlu kita ketahui bahwa pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya tidak dapat tergantikan sampai kapanpun dan dengan apapun, karena kasih seorang ibu begitu tulus tanpa mengharap balasan dari anaknya. Selain itu, ibu mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari, selama mengandung perut ibu setiap hari bertambah besar dalam keadaan yang semakin lemah, jika berjalan harus lebih pelan karena didalam perut ada anak yang sangat disayangi dan masih lemah, setelah tiba waktunya seorang ibu mempertaruhkan nyawa demi anaknya bisa terlahir kedunia. Setelah anak lahir, ibu merawat anaknya dan menyusuinya baik siang maupun tengah malam tanpa memikirkan waktu asal anaknya senang dan nyaman. Selain itu, dibawah telapak kaki ibu ada surga, sedangkan dibawah telapak kaki ayah tidak ada. Ini adalah salah satu kenapa ibu disebut sebanyak tiga kali oleh Rosulullah SAW, dan dalam Al-Qur’an juga dijelaskan tentang pengorbanan seorang ibu, dalam QS. Al-Lukman ayat 14 :

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Berbakti pada orang tua tidak hanya dalam tindakan, namun juga ucapan. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Israa’ ayat 23 :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

عَنْ أَبِي عُثْمَانَ قَالَ لَمَّا ادُّعِيَ زِيَادٌ لَقِيتُ أَبَا بَكْرَةَ فَقُلْتُ لَهُ مَا هَذَا الَّذِي صَنَعْتُمْ إِنِّي سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَّاصٍ يَقُولُ سَمِعَ أُذُنَايَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ مَنْ ادَّعَى أَبًا فِي الْإِسْلَامِ غَيْرَ أَبِيهِ يَعْلَمُ أَنَّهُ غَيْرُ أَبِيهِ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ فَقَالَ أَبُو بَكْرَةَ وَأَنَا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (رواه مسلم)

Artinya : Dari Abu Utsman, dia berkata, "Tatkala Ziad dijadikan ayah angkat, saya menemui Abu Bakrah ralalu saya bertanya kepadanya, "Apa yang telah kalian lakukan?, sesungguhnya saya telah mendengar Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Saya pernah mendengar dari Rasulullah SAWdengan telinga saya sendiri, beliau bersabda, 'Barangsiapa mengakui seorang ayah berdasarkan (syariat) Islam yang bukan ayahnya sedangkan ia tahu bahwa orang tersebut bukan ayahnya, maka surga haram baginya.' Abu Bakrah mengatakan, "Saya juga telah mendengar hadits itu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." (HR. Muslim)

Dalam QS. Al-Israa’ ayat 23 tersebut jelas bahwa mengucapkan kata “ah” kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu, terutama ketika beliau sudah lanjut usia dan semakin lemah. Maksud dalam hadist riwayat Muslim tersebut adalah kita dilarang membenci dan tidak mengakui orang tua kandung kita dengan mengangkat orang lain sebagai orang tua kita. Masih ingatkah kita pada kisah Maling Kundang yang tidak mengakui ibu kandungnya? Apa yang terjadi pada Maling Kundang? Ya, dia diazab oleh Allah SWT menjadi sebuah batu karena durhaka terhadap ibu kandungnya. Boleh kita menganggap orang lain sebagai orang tua, misalnya guru, beliau adalah orang tua kita saat disekolah, diluar sekolah beliau adalah orang tua (sesepuh) yang harus dihormati (sopan santun), namun harus mengutamakan orang tua kandung karena tanpa beliau kita tidak akan pernah melihat indahnya ciptaan Allah SWT yaitu dunia. Bagaimana jika orang tua mengajak/mengajarkan hal-hal yang tidak baik menurut syariat? QS. Lukman ayat 15 dapat menjawab pertanyaan tersebut :

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya : Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Penjelasan ayat tersebut adalah apabila orang tua kita mengajak kita untuk menyekutukan Allah SWT atau mengajak pada hal-hal yang tidak baik menurut syariat, maka kita dilarang mengikutinya namun tetap menjaga hubungan baik tanpa durhaka terhadap orang tua.

Tetaplah sayang dan berbakti pada orang tua kandung kita, bagaimanapun mereka. Kasih sayang yang tulus mereka berikan pada kita tanpa meminta balasan. Semoga ini bermanfaat buat kita semua, terutama untuk penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun