Mohon tunggu...
Wahyuariyanto
Wahyuariyanto Mohon Tunggu... -

jangan biarkan diri anda mengikuti jalan yang telah dibuat oleh orang lain, tapi buatlah jalan anda sendiri untuk diikuti oleh orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat(cerita bersambung)

5 September 2012   03:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:54 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sahabat

Sahabat terkadang dapat berperan lebih di banding keluarga, sahabat adalah mau menerima seperti apapun kondisi kita. Sahabat tempat dimana kita mencurahkan isi hati, sahabat mau mendengarkan semua tentang keluh kesah isi hati. Sahabat adalah penyuntik semangat dikala kita terpuruk, sahabat tak pernah lelah memberi semangat.

Sahabat adalah buku, maka bacalah. Pelajarilah bagaimana kesetiaan sahabat anda terhadap diri anda, agar anda dapat menghargai dan tak pernah melupakan kesetiaan yang sahabat anda berikan kepada diri anda.

Sahabat adalah music, maka dengarkanlah. Dengarkan dan hayati semua nasihat yang sahabat anda berikan, terkadang sahabat memang cerewet namun kecerewetannyan itu adalah lagu yang harus anda dengarkan karna lagu itu nantinyaakan membimbing anda menuju kehidupan yang sejahtera, jangan pernah merasa pusing dan tutup telinga dengan celotehan sahabat anda, karna sahabat sejati tak pernah tutup telinga mendengarkan keluh kesah anda.

Sahabat adalah kanfas, maka warnailah. Sahabat adalah seorang yang rela menyediakan tempat dimana kita dapat mencurahkan warna warni kehidupan kita, oleh karna itu warnailah kanfasnya seindah mungkin dan sediakanlah kanfas pula untuknya, agar ia juga dapat mencurahkan segala warna warni kehidupannya.

Itulah persepsi sahabat menurutku, sahabat yang ku ilustrasikan seperti tadi memang susah di dapat. Mungkin dari seribu orang hanya satu yang seperti itu. Sahabat memang selalu ada untuk kita, tapi ingat usahakan jangan selalu menyusahkan sahabat kita. tapi usahakanlah timbal balik untuk sahabat kita atas kebaikkannya itu, walaupun ia tak pernah memintanya. Aku bersyukur, betapa beruntungnya diriku dapat menemukan sahabat yang ku ilustrasikan tersebut.

Risa, Rikas, dan Dhalimah, yah… merekalah sahabatku. Mereka adalah sesosok sahabat yang persis seperti yang ku ilustrasikan tadi, inspirasi menulis ilustrasi tersebut yah... dari mereka. Aku mengenalnya sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kecuali Rikas, sahabat yang paling pertama aku temui adalah Rikas.

Rikas adalah sahabat pertamaku di bangku Sekolah Dasar, kali pertama aku bertemu dia adalah saat aku baru tiga hari menjadi seorang pelajar. Dikala itu kedua orang tuaku tak dapat mengantarku terus menerus kesekolah setiap paginya, karna mereka harus mencari nafkah untuk membiayai ke enam anaknya. Namun maklum anak umur enam tahun dan baru tiga hari sekolah masih takut untuk berangkat ke sekolah sendiri. Masih berfikiran sesosok guru adalah orang yang paling menakutkan, takut tidak ada tempat untuk berlindung di kala guru mau menghukum ku, yah karna aku sering mendengar cerita teman-temanku yang lebih dahulu merasakan bangku sekolah, katanya guru itu sesosok yang suka menghukum.

Aku terus merengek tak mau berangkat kesekolah tanpa ibuku, namun Rikas dan ibunya yang letak rumahnya ternyata tak jauh dari rumahku tiba-tiab lewat depan rumahku.”Dimas kenapa?, ko nangis!.” Tanya ibu Rikas kepada ku dan ibu.

“ini ga mau berangkat kesekolah kalo ga sama ibunya, padahal ibunyakan harus dagang dipasar.”jawab ibuku dan akupun masih menagis tak mau berangkat kesekola tanpa ditemani ibu hingga pulang sekola nanti.

“ya udah Dimas sama ibu Rikas aja, anggap aja ibu Rikas juga ibu Dimas. Ibu Dimaskan mau nyari uang buat sekolah Dimas.”bujuk tante yuli. Namun aku masih tak mau berangkat kesekolah tanpa ibu.

“Dimas ayo berangkat barang aja ama aku, kita jalan sama-sama. Nanti disekolah kalo dimas takut sama ibu guru dimas duduk disamping Rikas aja. Yah… yah… mau yah.” bujuk Rikas kepadaku.

“emangnya kalo ibu guru nanti mau menghukum, kamu berani.” Jawabku dengan lugunya.

“engga.”jawab Rikas dengan lugu pula.

“tuh… kan kamu aja takut, nanti kalo aku dihukum ga ada yang belain, kamu kan enak ada ibu kamu.”ucapku pada Rikas.

“makannya kita ga boleh nakal dikelas, kalo kita nakal kita akan dihukum kalo kita jadi anak baik ibu guru akan senang sama kita.”balas Rikas.

“tapi kata temanku anak baik juga akan dihukum.” Ucapku kembali

“iya mamah, emang kita juga dihukum kalo jadi anak baik.”Tanya Rikas sama Ibunya.

“sudah-sudah udah siang nih, nanti kalian bisa telat sampai disekolah. Katanya ga mau dihukum sama Ibu guru. Dimas ibu guru tidak akan menghukum kalian kalo kalian jadi anak yang baik. Kalo disekolah ada yang nakal sama Dimas bilang aja sama tante, ok!”bujuk tante Yuli.

Akhirnya aku mau berangkat kesekolah, tanpa ibuku menemani. Ibukupun menitipkan ku pada tante Yuli. Sejak saat itulah persahabatanku dengannya mulai terajut. Disekolah kemanapun Rikas bermain aku ikut, kemanapun aku bermain Rikas ikut. Akupun juga sering bermain dirumah Rikas bermain playstation, bermain mobil remote control, mengerjakan pr bersama, makan bersama, bermain ayunan dihalaman rumahnya, bahkan menginap dirumahnya. Begitu juga sebaliknya Rikaspun juga sering bermain dirumahku, makan dirumahku, dan menginap dirumahku. Keluarga Rikas bisa dibilang keluarga yang lumayan kaya, Ayahnya adalah seorang Manager di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.

Sahabat kedua yang kutemui adalah, Dhalimah. Dhalimah adalah sesosok sahabat yang sangat peduli dengan sahabat-sahabatnya. Kali pertama aku bertemu dia adalah pada pelaksanaan mos SMP, kala itu aku masih cuek dengannya dan bermain hanya dengan Rikas. Namun setelah mos berlalu aku mulai mengenalnya, yang membuat aku dekat dengannya adalah disaat ia memberiku surat yang entah apa isi surat itu, katanya dari teman sebangkunya. Setelah aku buka dan kubaca ternyata teman sebangku Dhalimah katanya suka sama aku. Lalu kucoba tanyakan langsung pada teman sebangkunya, tapi katanya Dhalimahlah yang sebenarnya suka sama aku.Aku jadi bingung dan tak mempermasalahkan hal tersebut.

Sejak kejadian itulah aku, Rikas dan Dhalimah jadi sering ngobrol, kekantin bertiga, bermain bertiga, mengerjakan pr bersama, sholat bersama, pulang bareng hingga kami naik ke kelas delapan kami terus bersama. Hingga pada akhirnya kami bertiga dipertemukan dengan Risa.

Yah… ini dia, Risa. Risa adalah sahabat ke empat dan yang terakhir bergabung dengan kami. Di kelas delapanlah kami dipertemukan dengannya, sebenarnya Dhalimah sudah mengenal Risa sejak kelas tujuh di ekskul paskibra, namun belum begitu dekat. Kedekatan kami terbentuk ketika kami berempat jadi satu kelompok bersama empat anggota lainnya pada saat LDKS untuk menjadi anggota Osis.

LDKS tersebut benar-benar membuat kami menjadi sangat dekat, mungkin karna terbawa pelatihan kepemimpinan tersebut kami menjadi selalu berempat setiap saat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun