"Dengar laraku
Suara hati memanggil namamu
Karena separuh aku dirimu”
Lirik lagu Noah itu kutujukan untuk keluargaku di kampung. Jujur, bagiku keluarga merupakan separuh hidupku. Betapa tidak, tanpa keluarga terutama kedua orangtua, serta dukungan kakak, dan adik, saya tidak akan bisa merasakan indahnya hidup ini. Alhamdulillah, berkat keluarga terutama dukungan, motivasi dan doa saat ini saya bisa “mencicipi” dunia pendidikan ke jenjang magister.
Makanya, apabila terjadi sesuatu pada keluarga sangatlah merisaukan hati. Apalagi saat ini saya jauh di rantau, sedangkan keluarga (Abah, Amak, Kakak, dan Adik) tinggal di kampung halaman. Misalnya terdengar kabar salah satu keluarga sedang sakit, perasaan terasa begitu perih di rantau. Ingin rasanya sakit yang diderita keluarga dipindahkan ke diri saya saja.
Begitulah, hubungan darah dengan keluarga begitu melekat pada tubuh. Meskipun saya memang sangat jarang pulang semenjak menimba ilmu di Kota Padang, ranah minang sejak 2007 yang lalu. Namun biarpun jarang pulang, kerinduan pada keluarga itu tidak pernah hilang. Makanya, ketika bertemu dan berkumpul semuanya disaat lebaran ialah momentum yang tidak pernah terlupakan.
Namun ada saatnya kebahagiaan itu harus diuji dengan berbagai masalah. Misalnya saja di tengah kegembiraan berkumpul dengan keluarga disaat lebaran, tiba-tiba salah satu anggota keluarga mengalami sakit. Maka, setengah kebahagiaan akan bisa hilang oleh datangnya sakit tersebut. Semua keluarga bisa tidak fokus lagi, seperti dalam pelayanan tamu datang silaturahim, atau bahkan tidak menikmati suasana lebaran. Sebab, keluarga akan sibuk mengurus anggota keluarga yang sakit.
Salah satu yang sering terjadi pada keluarga saya, mengalami sakit perut, baik karena masuk angin, atau penyebab lainnya. Kadang-kadang sakit perut memang terlihat sakit yang remeh, dan sering kita anggap tidak terlalu membahayakan. Namun jika dibiarkan berlarut-larut, sakit perut ini sangat mengganggu aktifitas, membuat tidak nyaman, dan bahkan bisa sangat beresiko.
Hampir seluruh keluarga saya pernah mengalami sakit perut, dan penyebab yang paling sering karena masuk angin. Bahkan, ibu saya pernah mengalami sakit perut berhari-hari lamanya. Penyebabnya bukan karena masuk angin, maag, tapi ada sesuatu dalam usus dan perut. Kalau istilah di kampung saya namanya, “medu”, dan penyakit ini sangatlah beresiko. Biasanya penderita sakit perut seperti ini selalu teriak-teriak, mengelepar, dan mengelinjang ketika mengalaminya.
Pada saat situasi seperti ini, kebahagiaan keluarga tidak ada lagi. Apalagi ketika lebaran diserang penyakit seperti ini, meskipun kita menganggapnya masalah sepele, namun dampaknya sangat besar bagi kebahagiaan keluarga. Misalnya, orangtua atau kita ingin pergi silaturahim ketika lebaran. Tiba-tiba ada keluarga yang sakit, semua planningbisa gagal. Makanya bisa saya katakan, ketika keluarga sakit separuh kebahagiaan kita ikut hilang.Bahkan momen penting disaat lebaran terasa tiada artinya.
Biasanya, dalam keluarga saya cara mengatasi sakit perut, apalagi karena masuk angin, atau sakit perut yang tidak terlalu beresiko, cara cepat dengan mengoles Minyak Kayu Putih, atau dengan meminum Minyak Kayu Putih. Sebab, di dalam keluarga saya sudah sangat akrab dengan Minyak Kayu Putih, bahkan ketika saya masih kecil. Begitu pula dengan adik-adik saya. Ketika masih bayi sudah terbiasa dioleskan Minyak Kayu Putih sebagai penghangat, apalagi setelah mandi.