Jikalau para perempuan mentawai di dogma oleh kebudayaan leluhur yang menempatkan kecantikan hakiki tercapai lewat pelaksanaan kerik gigi atau meruncingkan gigi. Beda halnya dengan perempuan modern perkotaan yang termakan dogma, ilusi kecantikan hakiki yang dibuat oleh segelintir orang untuk mendapat keuntungan. Konsep ritualnya yaitu dengan membeli produk kecantikan agar kecantikan hakiki yang sudah ditetapkan ukurannya terpenuhi.
Hanya terlelap pada ranah kecantikan, perempuan lupa akan kesadaran dirinya. Buayan produk kecantikan yang begitu halus membuat perempuan kehilangan rasa bebas, kaum perempuan tidak memiliki lagi rasa jujur dan kenyamanan atas tubuhnya. Kecantikan seolah menjadi senjata untuk menghambat dan menidurkan kemajuan para perempuan. Setiap saat, setiap pergantian detik, menit, dan jam ilusi kecantikan semakin melelapkan perempuan pada kuil pemujaan atas kecantikan.
Pada akhirnya perempuan terjebak dirana dua zona, ingin terlihat cantik dengan mengikuti setiap trend kecantikan yang muncul dengan standar-standar terbaru namun semakin bisuh dan bodoh akan gagasan untuk memperjuangkan kaumnya. Atau memilih menjadi perempuan yang tetap sadar dan mencoba berupaya keluar dari kotak belenggu ilusi kecantikan. Seperti dalam ungkapan, Cantik Boleh Bodoh Jangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H