Rasanya ini adalah keheningan paling indah yang pernah aku rasakan, segala rasa bercampur aduk menjadi pelangi indah dalam lingan hujan sepi. Tak biasanya aku betah duduk berlama-lama tanpa mengobrol, tapi kali ini sunguh sangat beda. Berat hati mengangkat badan untuk berdiri lalu leluasa melangkah pergi. Mungkin inilah yang disebut kenyamanan. Atau mungkin akulah yang sedang memberi kenyaman padanya dengan tetap duduk tanpa beranjak.
Sebenarnya memberi adalah tindakan penyatuan, dan itulah esensi cinta menurutku, mengatasi rasa keterasingan dan keterpisahan. Cintalah yang membuat kita tidak sendiri, saling memberi kelebihan untuk menutupi kekurangan satu sama lain. Itulah yang sedang kulakukan sekarang dengan tetap bertahan duduk di depannya. Malam ini kita berdua saling memberi diam di balut sunyi menunggu cinta dalam peraduan.
“Segalanya tentangmu mala mini terlihat sempurna, mungkin bintang akan iri atau bulan akan redup jika aku ungkapkan apa yang kulihat, padamu mala mini.”
Tak mampu lagi rasanya nalar ini menafsirkan apa yang dilihat mata, selaras dengan detakan jantung tanpa tempo, memaksa hati untuk segera mengungkapkan rasa. Hati dan pikiran saling beradu mencari pemenang. Mungkin sekarang aku sedang merasakan sindrom keindahan, keindahan yang takut untuk aku ungkapkan. Akupun berharap demikian dari pandangan matamu ke arahku.
“Aku jatuh cinta padamu”
Itulah kata yang sangat ingin kuucapkan malam ini di hadapanmu tapi aku hanya mampu menatapmu. dalam diam dan terus saja membisu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H