Saya ingin berkomentar panjang untuk kejadian ini, namun dalam status ini mungkin tidak cukup memuat apa yang ingin saya sampaikan. Namun untuk berkata kasar kepada siswa berperilaku lebih buruk dari hewan ini tentu tidak cukup. Saya yakin hewan dan iblis akan enggan melihat kelakuan hewan ini. Memang, saya bukan tipe seorang penuntut ilmu yang baik, tidak terlalu menghormati guru berlebihan, secukupnya dan sewajarnya. Namun ketika saya melihat video semacam ini, ketika guru bahkan di pukul oleh siswa, lebih tepatnya di kroyok. Disinilah saya mikir, *kok bisa-bisanya ya ada manusia kek gini*. Keinget gimana dulu Jepang lulu lantah ketika dijatuhkan bom, kemudian mereka mencari para guru untuk diselamatkan pertama kali. Sedangkan di Indonesia, pengeroyokan terhadap guru sangat-sangat begitu nampak. Hormat terhadap guru sudah jadi pengabaian, bahkan jadi dongeng ketika para murid menuntut ilmu ke sekolah.Â
Entah zaman apa yang dihadapi manusia hari ini. Secara lebih khusus dunia pendidikan, jika berani mengatakan, kita semua sedang berduka untuk pendidikan kita hari ini. Dari segi intelektual sudah jeblok, moralitas malah merosot. Lalu, apa yang harus dibanggakan jika semua jatuh dalam jurang yang jauh. Saya kira inilah PR bersama, negara dalam pemerintahan dan warga negara harus bekerja sama menghadapi semua fenomena tragis ini.Â
Kembali kepada kasus dunia pendidikan hari ini di Indonesia. Secara lebih jelas menggarisbawahi bagaimana kasus seorang guru dikeroyok oleh para murid-muridnya, disinilah logika saya benar-benar tidak main. Entahlah otak seperti apa yang di produksi oleh para pelaku murid-murid yang mengeroyok gurunya tersebut. Entah sebesar apa dosa guru nya sampai para murid tersebut memukul guru nya, dan tolol nya manusia itu (murid) merekam dan menjadikan konten tontonan di dunia maya. Ironi kan?, saya ingin mengatakan dengan kata-kata cukup kasar;
"Hei hewan berbentuk manusia. Katanya kau menuntut ilmu dari seorang guru melalui sekolah. Namun mengapa kau malah menjadi preman sekolah dan menganggap dirimu paling hebat. Bahkan dengan sok keren, lalu menginjak harga diri gurumu, bahkan memukul mereka. Hei manusia-manusia yang mengaku siswa namun tolol, apa isi fikiran kalian melakukan itu?, saya tanyakan dengan sangat keras. Apakah kalian tidak berfikir bahwa yang kalian keroyok adalah guru, mereka yang memberi kalian berbagai ilmu pengetahuan, yang akan memberikan kalian semangat pengetahuan untuk belajar. Hai manusia tak tahu di untung, itu guru kalian yang kalian pukul, bukan sesama siswa yang bisa kalian seenaknya ajak tawuran".
Kegeraman saya atas kasus ini tentu akan membuat saya tidak bisa tertidur. Sedikit tidak saya di tenangkan dengan ucapan satu teman yang saya mintai komentar. Lalu dengan lebih cepat ia memberikan keterangan bahwa;
" Mau dilihat dari sisi manapun tetap siswanya salah, mau lihat dari sisi siswanya. Apalagi gurunya, Karena pada dasarnya mengadili tanpa orang yang berwenang (hakim) itu adalah SALAH. Dan Memandang sesuatu itu tidak bisa dari 1sisi saja" #N, lanjut nya;
"Kalau berbicara masalah gaji, mungkin pandangan aku sama kamu agak berbeda. Mau gajinya besar ataupun kecil kalau dikaitkan dengan kondisi seperti ini rasanya kurang Mach, karena klau berbicara Nominal itu akan larinya ke kualitas (entah dari kualitas pendidikannya ataupun tenaga pendidiknya). Kalau dikaitkan dengan hukum kondisi saat ini (kurangnya moralitas anak didik) saya rasa bisa jadi acuan seseorang/siswa itu akan berubah menjadi org yg lebih baik atau lebih bermoral karena ada hal yang di takuti, contohnya zaman dulu tdk ada istilah yg kita dengar seorang siswa mengancam bahkan sampai melaporkan gurunya kepolisi, bahkan guru itu sangat keras dan tegas sma siswanya sesuai dengan aturan-aturan yang ada beda sama sekarang itu kebalikannya, siswa sekarang gak boleh di hakimi. So,,, intinya itu hukum ini secara teori pandangan aku, tpi beda lagi secara peraktiknya kmu ada uang kmu aman cukup yang tau-tau sajalah".
Tentu ada kesepakatan yang harus saya setujui dalam ucapan tersebut. Namun ada beberapa hal yang harus coba saya terangkan, singkatnya kasus pengeroyokan oleh beberapa siswa kepada guru telah setidak-tidaknya melanggar sikap seseorang murid belajar kepada guru. Saya tidak akan menerangkan banyak alasan, namun pada singkatnya dalam sejarah manusia, sejarah kehidupan manusia. Baik itu dari mitos sampai realitas dari dulu sampai sekarang bahwa seorang penuntut ilmu akan punya adab utama kepada guru. Bahkan saya pernah mendengar satu hal penting bahwa mengutamakan adab atas apapun dalam menuntut ilmu setidak-tidaknya membuat kita mendapat berkah dari seorang guru yang mengajarkan kita.Â
Namun bagaimana hari ini, kita saksikan betapa konyolnya siswa yang mengeroyok gurunya. Saya akan bersepakat untuk tidak melihat dalam satu sisi, namun saya akan mencoba seobjektif mungkin untuk bertanya dalam garis umum. Apa dalil seorang penuntut ilmu harus melawan gurunya dalam hal kekerasan, jika dalam persoalan kemampuan intelektual tentu akan beda lagi cerita. Namun, bagaimana dengan kasus pengeroyokan beberapa siswan kepada guru, direkam oleh siswa lain dan disebarluaskan, Di tonton oleh banyak penduduk Indonesia dan bahkan dunia. Bagaimana?, apa hal untuk membela sang murid atas perilaku pengeroyokan?. Jika boleh jujur, semoga para siswa yang menjadi pelaku pengeroyokan terhadap guru mendapatkan hukuman setimbal. Sebagaimana ketika suatu kasus di Indonesia seorang guru menghukum muridnya selayaknya tugas mendidik, namun hasilnya mereka sebagai guru juga mendapat hukuman penjara dari aparatur negara. Entah hukum seperti apa berlaku di negeri Indonesia ini, entah generasi seperti apa yang dicita-citakan oleh bangsa ini. Saya adalah manusia pesimis akan generasi emas 2045 jika masih banyak manusia dengan kriteria murid yang egois, individualis, sok iye, sok pahlawan dan melawan para pendidik karena alasan membela. Saya yakin tidak semua guru jahat, dan saya yakin isi kepala murid lebih dominan jahat daripada kepala guru. Bukan berarti saya membela guru, namun saya lebih optimistis melihat banyaknya niat buruk murid kepada guru yang mendisiplinkan mereka. Dan terbukti beberapa kasus, seperti pengeroyokan oleh beberapa murid kepada gurunya sendiri yang mengajarkan mereka. Entah setolol apa murid-murid itu melakukan tindakan tersebut. Namun pada intinya, saya akan mengatakan kebodohan-kebodohan dilakukan murid yang mengeroyok guru dalam kasus baru ini di Indonesia menandakan cerminan pendidikan masa depan bangsa Indonesia seperti apa. Lalu disinilah letak luka pendidikan kita dan mari perbaiki bersama-sama, berbenah dan merajut luka kebodohan dengan selalu memperhatikan moral dan abad dalam menuntut ilmu pengetahuan. Baik itu disekolah maupun diluar sekolah untuk mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan yang disebarluaskan untuk kita yang ingin atau siap untuk belajar.
Sumber: