Tetaplah berdoa dengan permintaan mu yang banyak itu, meski doa-doamu begitu kering kerontang, penuh kemunafikan dan dibanjiri dosa atas kepentingan. Bahkan doamu hanya soal negosiasi bisnis, yang suatu masa dikabulkan bahagia, lalu kau melupakan Tuhan sesaat itu juga.
Tetaplah persembahkan doamu yang kering kerontang itu kepada Tuhan. Kau kan sering melakukan itu ketika menderita, merasa paling tersakiti, dan meminta pada Tuhan untuk mendapatkan ketabahan dalam menjalaninya.Â
Tetaplah persembahkan doa-doa manipulasimu itu kepada Tuhan, dan menjadi hamba paling taat pada waktu itu. Merasa paling tersakiti dan terdzolimi di dunia ini, meminta kepada Tuhan untuk diberikan jalan terbaik untukmu.Â
Tetaplah, persembahkan doa munafik mu itu kepada Tuhan, merasa bahwa waktu hinamu itulah, hanya Tuhan yang membelamu. Yang lain dulu-dulu kau sanjung dan hormati, sekarang meninggalkanmu dan menjadikan nya sebagai penghianat.Â
Kau terlalu angkuh untuk berdoa seperti itu, tuan dan nyonya. Kau terlalu hidup dalam keangkuhan dan rasa paling tersakiti di dunia. Kuyakin, Tuhan tidaklah bisa kau bohongi. Doamu yang kering kerontang, penuh kebodohan, penuh dusta, dan penuh maksiat itu sengaja kau lontarkan di ruang terbuka. Supaya banyak orang tahu, kau sendiri saja yang paling tersakiti. Lalu tiba-tiba kau meminta doa untuk diberikan jalan lurus untuk hidup baik-baik saja di tengah badai permasalahan yang kau buat itu.Â
Kau sangat kejam, keji dan begitu jahat. Menjadi manusia yang penuh sikap manipulasi, hebatnya kau tak tahu diri. Berdoa sesaat kau menderita, lalu lupa setelah kau berada di langit-langit bahagia. Begitulah kau, dan aku juga. Merasa berTuhan ketika mendekati, dan merasa menjadi Tuhan ketika bahagia-bahagiannya.Â
Aku yakin, doamu sungguh-sungguh tidak tulus. Kau hanya ingin mendapatkan jalan lurus, namun kau begitu naif untuk berubah menjadi lebih baik. Kau tetap egois, sebagaimana dibanjiri dengan hawa nafsu yang tidak pernah terpuaskan dalam pencapaian mu.Â
Lalu datang tragedi menamparmu, dan baru mengingat, kau memiliki Tuhan untuk meminta. Merasa paling menderita, merasa paling hina, padahal itu hanya teguran kecil Tuhan untukmu sik paling Mahkluk nya. Jadi untukmu, dan untukku juga. Sadari semua sebelum terlambat, ingat, hidup diberikan Tuhan sekali dengan takdir yang Tuhan sendiri desain versi terbaiknya. Lalu, kembalilah kepada Tuhan sebagaimana mahkluk ciptaan, taat dan bertakwa dengan penuh keyakinan dan menjauhi segala larangan sebelum tuhan menutup pintu tobatmu dengan kematian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI