Kesadaran diri adalah penting untuk jalan kehidupan, menyadari betapa hidup adalah sesuatu yang masih tidak bisa digapai secara total. Tetapi, diketahui bahwa secara postulat manusia tidak bisa melepaskan diri mereka dari tubuh serta bagaimana mereka hidup bersama alam ini tanpa bisa memisahkan. Takdir adalah ketentuan dan ketetapan yang tak pernah terpisahkan, lalu kemudian manusia adalah bagian dari semuanya yang tidak pernah dikehendaki. Semua jalan maksimum usaha manusia adalah bentuk intensitas, bukan bentuk kendali penuh akan kehidupan. Karena kehidupan adalah kehidupan itu sendiri, berjalan atas dirinya sendiri, maka manusia adalah misteri yang ada dalam dirinya sendiri. Sehingga tentu apa yang dianggap mutlak kesenangan dan kebahagiaan dengan mengabaikan banyak hal adalah bentuk penghianatan atas kehidupan. Manusia, tidak akan mungkin bisa Menghindari dari kompleksitas kehidupan, namun mereka hanya bisa meningkatkan intensitas sebagai prioritas kehidupan mereka. kesadaran seperti inilah yang harus dibangun sejak awal, supaya manusia tidak lagi terjebak dalam ambiguitas yang tak karuan. Semua adalah soal waktu, dan waktu itu relatif sejauh bagaimana kondisi banyak hal. Waktu sendiri adalah bagian dari keseluruhan ini, diri, tubuh, dan segala-galanya adalah keutuhan. Dan tiada lagi yang menjadi dalil dasar menyembah dunia, karena dunia sekalipun tidak bisa terpisah dengan manusia dan sebaliknya, sehingga semuanya kembali kepada diri sebagi ruang kesadaran, bahwa pengetahuan akan selalu tumbuh dan berkembang sejauh manusia menyadari semua ini adalah soal keutuhan yang masih dalam misteri kehidupan, bahkan untuk selama-lamannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H