Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jika Seandainya Ini Adalah Tempat Kita Selamanya

5 Januari 2025   17:25 Diperbarui: 5 Januari 2025   17:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tempat ini, ada begitu banyak seruan penuh tanda tanya yang bergetar hebat, menanti saatnya memudar, hingga tak lagi harus diingat. Seruan itu berbisik, memohon dihapus atas nama lupa, atas nama rasa yang tertinggal. Semoga, dengan setiap langkah yang mengiringi perjalanan ini, semua yang berjalan kini beriringan menuju kebaikan.

Selamat datang di tempat yang indah, sebuah ruang berdawai yang memetik lirik-lirik hati. Tempat ini, bagi sebagian orang, adalah puisi yang tak selesai, sebuah bait yang mengiringi lagu kedua setelah asa dan lupa beradu. Katanya, ada keajaiban di sini, tersembunyi di antara huruf-huruf yang menyusun cerita lama. Mereka menyebutnya cinta,sebuah definisi yang tak pernah sepenuhnya rampung.

Kini, tempat ini telah berubah. Tak lagi kosong seperti dahulu, kini ia dipenuhi oleh tawa dan riuh keluarga cemara yang hangat bersandar di setiap sudutnya. Udara membawa aroma nostalgia, dan setiap ruang dipenuhi jejak-jejak keberanian mereka yang pernah mengunjungi. Siapa sangka, tempat yang dahulu meluruhkan air mata kini telah sembuh, dirawat oleh tangan-tangan yang lebih kuat, oleh mereka yang tak takut menghadapi malam-malam sunyi.

Konon, malam di tempat ini begitu berbeda. Saat gelap menyelimuti, ia menjadi sunyi yang tidak biasa. Malam di sini tidak berbisik, tapi tetap penuh cerita. Bulan menggantung tinggi tanpa disembunyikan oleh awan, dan angin, meski bergerak diam-diam, tetap membawa suara yang lembut namun tegas. Tempat ini, dengan segala keramaiannya, tetap menyimpan ruang untuk keheningan.

Dan ketika aku kembali, tempat ini rasanya tetap menyenangkan, meski dalam bentuk yang baru. Ia memeluk siapa saja yang datang menyendiri, memberi ruang untuk berbincang dengan diri sendiri, atau sekadar duduk diam dalam sudut hati yang tak lagi saling berpaling. Tempat ini, bagaimanapun keadaannya, tetap menjadi persinggahan yang menyimpan kenangan, harapan, dan keberanian.

Kuingat dua buku dalam lakon singkat dari wira negara, Distilasi Alkena dan Disforsia Anersia. Seperti sabda goresan dalam buku itu, bahwa setiap tempat, cerita dan orang-orang yang ditemukan akan ada sebab seseorang itu bahagia, dan sekaligus menunggu waktu kapan harus bercerita dengan lara untuk sebuah kecewa (Disforsia Anersia). Lalu menyadari, dengannya tempat bersandar paling tidak tepat atas jatuh cinta berakhir kecewa yang paling sengaja (Distilasi Alkena). 

Ku ingat, ternyata sekelumit rasa bisa membuat seseorang jatuh dalam rintangan masa. Dimana, tidak ada lagi waktu dan tempat yang tepat. Bahkan gelombang laut bercerita pun tak di bersuara dalam telinga, semua hening, semua terlepas. Bahkan bulan purnama pun sudah jadi titik kecil yang tak dipedulikan lagi. Menyadari, bahwa tempat dan orang-orang yang membuat rasa cinta dan patah hati adalah perayaan paling membara dalam lakon ini. 

Jujur saja dan sedikit berlebihan. Semua cerita yang pernah berkisah tentang tempat ini dan seseorang akan jadi kenangan sepanjang masa. Jika harus berusaha melupakan, maka aku terlalu egois untuk melakukan. Sebab, apa yang datang bukan hilang, namun hanya pergi saja. Lalu menyadari, bahwa memang benar, tidak semua yang harus dipegang dan diperjuangkan harus dimiliki. Bahkan untuk setiap tempat kenangan di penuhi sabda goresan dan pertukaran ucapan, harus dipersiapkan untuk kepergiannya. 

Jadi, sekelumit kisahnya telah ada, tempat serta kepergiannya pun sudah jadi prosa. Dan semoga akhir semua itu berisi kotak pandora, dimana itu mengisi harapan tentang kisah selanjutnya.

"aku sempat mengira bayangmu masih tertanam pada jejakmu. Ternyata hanya pikirku yang penuh tentangmu. Kisahmu Tentu akan pudar oleh waktu. Jadi, tunggu saja, dan bersabar. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun