Pertanyaan soal apa yang diketahui adalah pertanyaan yang cukup asing bagi banyak orang. Karena, secara dasar saja mengapa seseorang harus mempertanyakan apa yang mereka ketahui tentang apa yang mereka sendiri ketahui?. Jelas, untuk apa itu di lakukan dan paling pentingnya adalah mengapa pentingnya mengetahui tersebut?.Â
Perjalanan manusia untuk bertanya, terus menerus bertanya memang menjadi keunikan. Hasil dari pertanyaan itu lalu kemudian menjadi pengetahuan, kemudian di adopsi semakin lebih banter lagi menjadi ilmu pengetahuan yang hari ini dirasakan kebermanfaatan berupa peradabab kehidupan manusia dengan mengandalkan teknologi, informasi dan komunikasi. Sebuah perjalanan yang jauh memang telah manusia daki, dan disitulah menunjjukan begitu hebatnya seorang mahkluk bernama manusia, mereka saja yang berani eksis dengan segala kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian apa yang secara sadar dimiliki, menjadikan mereka percaya diri mencari tahu, mengetahui dan menjalankan sebagai sebuah kebermanfaatan nya.Â
Pengelolaan atas pengetahuan adalah hasil dari informasi yang didapatkan. Teknologi dan segala kawan-kawan dari buah pengetahuan menandakan apa yang menjadi pengetahuan jelas akan menjadi yang diketahui, jika sejauh apa yang telah terbongkar dan menjadi pengetahuan adalah apa yang diketahui, maka yang tidak sama sekali atau tersembunyi sebagai sebuah informasi adalah bukan disebut sebagai yang diketahui sejauh manusia belum menvaliditas. Akan tetapi pada potensi dasarnya, apa yang tidak diketahui bisa tersembunyi dan suatu masa akan ditemukan keberadaanya, lalu kemudian menghasilkan pengetahuan sebagai yang diketahui.Â
Apa yang disebutkan sebagai diketahui adalah apa yang disebut sebagai pengetahuan yang berhasil di validasi, entah apapun epistemologi yang digunakan. Informasi lengkap atau tidak, tetapi bisa di validasi, maka itu disebut sebagai diketahui. Titik tekan dan batas-batas apa yang diketahui oleh seorang manusia sebagai pengetahuan adalah sejauh manusia hadir, dimanapun dan kapanpun, baik itu rasional atau tidak rasional, baik itu logis atau tidak, maupun imajinasi dan realitas akan menjadi pengetahuan yang dalil nya diketahui. Sehingga, yang diketahui adalah apa yang diinformasikan oleh manusia sebagai validitas pengetahuan.Â
Dasar pemahamannya disini bahwa, tiada jarak yang jauh dengan pengetahuan dan yang diketahui. Sebab, yang diketahui sudah jelas pengetahuan, dan sebaliknya. Meskipun ruang imajinasi dan irrasional lahir, tetapi itu akan menjadi pengetahuan, sekaligus diketahui oleh manusia sebagai bentuk validitas. Meskipun titik pemahaman disini bahwa apa yang diketahui sebanyak itu sebagai informasi bukan mengartikan yang diketahui itu sempurna, melainkan yang diketahui sudah sampai pada minimal dasar informasi. Lalu kemudian, pengelolaan lebih matang, akan diserahkan dalam sidang ilmu pengetahuan dengan mengandalkan kekuasannya, yakni metodologi dengan hasil jawaban objektif.Â
Ketiadaan dan ketidaktahuan sejauh tidak ada manusia menvaliditas nya adalah batas pengetahuan dan sekaligus batas manusia mengetahui apa yang mereka ketahui. ketiadaan dan ketidaktahuan menjelaskan bahwa yang diketahui tidak sampai pada hal tersebut, namun potensi untuk hadir sebagai pengetahuan untuk diketahui masih terbuka lebar. Dalam hal ini, menjelaskan bahwa pengetahuan yang ada tiada batas, namun keterbatasan itu muncul dari yang diketahui seberapa hal dari kemampuan manusia memvalidasi informasi, sehingga yang lain akan menjadi misteri untuk diungkapkan, meski tidak diketahui dan menjadi batas yang diketahui. Namun batas ini akan berubah-ubah seiring pengetahuan manusia berkembang dari keingintahuan, rasa tidak puas, dan keraguan.Â
Sehingga dapat difahami secara singkat bahwa pengetahuan adalah apa yang diketahui, batas apa yang diketahui sebagai apa yang diketahui adalah sejauh ia menerima validitas sebagai sebuah informasi dalam berbagai bentuk epistemologi. Pada titik nya bahwa yang diketahui menjadikan manusia sebagai subjek mengetahui, yang diketahui akan menjadi pengetahuan dan sejauh batas pengetahuan manusia adalah sejauh informasi yang didapatkan di validasi, meskipun banyak misteri membenarkan batas yang diketahui. Namun ada moment misteri akan dipecahkan, lalu diketahui lah oleh manusia sebagai sebuah pengetahuan. Menegaskan pengetahuan yang diketahui itu lagi membawanya ke dalam kajian ilmu pengetahuan yang memiliki ciri khas memegang instrumen metodologi dengan objektivitas yang disebut sebagai pengetahuan diketahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H