Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Identitas Dunia Dalam Ilmu pengetahuan

27 Desember 2024   10:41 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:41 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Jornada Zen / Pinterest

Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menjadi sebuah kompetisi yang mengelegar. Setiap sudut orang-orang yang faham sains akan berkata bahwa mereka sudah mengetahui dunia dengan metodologi yang universal. Akan tetapi, mereka tidak serta merta memahami bagaimana dunia ini bekerja pada dalam dirinya. Artinya dunia metodologi adalah dunia yang diterima oleh kacamata pencarian yang lebih kuat selagi ada yang lebih kuat dimunculkan nantinya. 

Proses pencarian ilmu pengetahuan memang tidak mudah. Banyak hal yang menjadi variabel pertimbangan, sekaligus banyak argumentasi sebagai dalil tesis dan antitesa. Jikapun hadirnya sebuah jawaban, maka itu akan kembali berada dalam dalil pengadilan ilmu pengetahuan. Sejauh mana kebenaran yang telah ditetapkan, dan bagaimana mungkin kebenarannya hadir di dunia?. 

Banyak jawaban sekaligus pertanyaan yang dibebankan. Tentunya itu tidak terlepas dari makna sebuah ilmu, bahwa tidak mungkin manusia mengetahui dunia hanya dalam satu pencarian dan interpretasi. Jikapun probabilitas probabilitas sebagai dalil utama sebuah pengetahuan, maka itu akan menghasilkan integral probabilitas kembali. Bahwa pengetahuan yang dimungkinkan sebagai probabilitas adalah sebuah stimulus eksternal dari ilmu pengetahuan yang terbatas. 

Menegok pada jendela keilmuwan seseorang saintifik. Mereka akan mulai meragukan tentang adanya dunia. Tidak bisa dipastikan bahwa yang mereka tinggali itu benar-benar nyata. Jika sebuah kehidupan adalah paradoks, maka yang perlu dilakukan tak lain mengklarifikasi, apakah kebenarannya benar adanya. 

Tentu banyak keterbatasan atas dalil itu, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan mulai menciptakan ilusi kehidupan. Tidak ada dunia di balik dunia. Melainkan dunia adalah representasi dari ketidaktahuan yang coba untuk dibedah dengan pisau metodologi ilmu pengetahuan. Jika merujuk pada hal partikular, maka yang diperoleh tak lain dari keterbatasan bahwa setiap atom yang terbelah, terdapat unsur tertentu sehingga manusia tidak akan berani secara arbiter memutuskan bahwa kebenaran pengetahuan nya sahih. 

Pengujian pada dalil tertentu bahwa setiap problem pengetahuan manusia dibatasi pada dunia metodologi. Memang hal demikian menjadi kendala yang tak terlalu berlebihan. Namun terdapat nilai penting bahwa metodologi dalam ilmu pengetahuan adalah aturan yang baku untuk mengenal dunia secara definitif dan terstruktur. 

Tidak ada jalur kontinu dalam menjelaskan tentang pengetahuan manusia dalam tahapan metaforis. Jikapun demikian dianggap lebih mungkin, maka postulat awal yang perlu Pengkutipan adalah pengetahuan dalam setiap Problem lebih dimungkinkan jika dalilnya konsistensi. Tidak ada perubahan signifikan pada argument awal hingga pada premis seterusnya. Walaupun nanti konklusi yang dihasilkan tidak sesuai dengan cara pandang. Maka falsifikasi pada pengetahuan lebih didahulukan karena terdapat kecacatan sebelum pengimplementasian. 

Merujuk pada keadaan bahwa ilmu pengetahuan selalu diuji pada pengadilan akal budi. Maka jalur alternatif yang perlu di hadirkan tak lain dari eksistensi argumentasi identitas. Sebuah pengetahuan pada hal tertentu memang menekankan pada keadaanya yang di amati oleh sang saintifik. Jika diperlukan keberadaan yang di universal kan menjadi ilmu pengetahuan, maka metodologi adalah instrument pilihan yang paling sesuai, sebab ia sudah memenuhi syarat dari sebuah ilmu pengetahuan untuk di publikasi. 

Tidak ada lagi jalur diberikan pada pengetahuan pesudosains, sebab itu akan menciptakan kondisi paradoks. Ketika kehidupan ilmu pengetahuan pada objek sahih dan otentik dibenar kan, maka yang menjadi awal keberangkatan adalah pembenaran pada ilmu pengetahuan yang menggunakan metodologi, akan tetapi kebenaran yang dilekatkan adalah kebenaran relatif. Itu mengikuti hukum positivisme yang beredar dan dipercayai sebagai alternative kolektif secara universal diabad 21 ini. 

Sebagai satu hal diskursus lagi bahwa seorang tidak ada keketatan dalam menjelaskan proses justifikasi ilmu pengetahuan. Tentunya ini menegaskan bahwa sebuah pengetahuan tidak terkena virus fanatisme. Sebab pengetahuan adalah sesuatu yang berasal dari buah pertanyaan dan pencarian. Maka konsep fanatisme pun hanya tidak diberlakukan didalam nya. Konsep yang paling mungkin dari itu semua adalah konsep melihat fakta seobjektif mungkin. Tidak memihak karena internal psikis maupun ekstrnal dalam cangkupan pengaruh diluar dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun