Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ruang Dimensi Ketidakterbatasan Wacana

23 Desember 2024   12:28 Diperbarui: 23 Desember 2024   12:28 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : bharat solanki

Pengetahuan merupakan apapun yang diketahui, baik yang berbentuk realitas,ilusi atau imajinasi. Pengetahuan adalah proyek besar manusia, sekaligus menjadi pedang yang begitu tajam dimiliki. Pengetahuan sering diasah setajam mungkin dengan banyak dialektika wacana, tanpa selesai pada satu gagasan atau idea. Manusia melahirkan idea mereka, dalam gemerlap yang seisi alam tiada dikenal cepat. Manusia menyadari, begitu banyak hal yang harus di cari, dan menemukan, banyak misteri tentang pengetahuan di alam semesta ini. 

Dalam dunia yang tidak dikenali, manusia menjelma menjadi penghuninya. Sedangkan yang lain, selain manusia hanyalah objek yang di eksploitasi eksistensi. Manusia dalam perkembangan sejarah memberikan ruang tesis untuk melihat dalam berbagai hal dunia. Mengenali, lalu mencari tahu sekul beluk seperti apa yang sebenarnya ada di dunia ini. Pengenalan ini cukup kuat, sebab alasan yang pastinya penuh dengan keinginan dan kehendak. 

Ketidakpuasan menjadi satu irama menyenangkan, sekaligus menakutkan bagi manusia. Sebab, ketika pengetahuan tidak berhasil dibuktikan totalitas, akhirnya memunculkan probabilitas, lalu pada wacana inilah pengetahuan menjelma menjadi berbagai variabel yang bisa menyelam tanpa batas. 

Walaupun tanpa pembuktian sekalipun, pengetahuan manusia sudah lama ada, mereka lahir dari rahim keingintahuan dan ketidakpuasan. Jelas, ini cukup menjadi demarkasi bagaimana eksistensi selalu mencukupi, sehingga jelas posisi manusia menjadi subjek yang hadir dengan cangkupan tunggal disebabkan kemungkinan-kemungkinan yang lain dijadikan objek pengetahuan. 

Ini sangat menarik, karena tidak ada titik henti jika berbicara tentang pengetahuan. Karena ketika sesuatu dijadikan wacana, bahkan dalam alam fikiran sadar atau tidak sadar, maka itu bisa menjadikan kemungkinan-kemungkinan pengetahuan. 

Inilah titik keunikan dalam membangun paradigma pengetahuan. Bukan hanya memperoleh banyak hal, namun juga memperoleh kedirian yang tak bisa jauh dari kehidupan yang lain. Dari proyek proses pengetahuan inilah, manusia mulai melangkah dengan kesadaran akan eksistensi tidak bisa terlempar jauh dari berbagai hal, yang sering disebut sebagai wacana. 

Kontruksi yang dilakukan tanpa henti ini didasarkan pada dalil bahwa kepuasan pengetahuan hanyalah ilusi atau keinginan manusia sendiri menitik keterbatasan diri. Keterbatasan hadir dengan proyek pengetahuan yang melibatkan pembatasan terhadap imajinasi melalui metodologi seperti definisi dan epistemologi. Meskipun ini kemudian diperkuat dalam basis ilmu pengetahuan yang lebih ketat kepada eksistensi, namun pada dalil dasar kesemuanya bahwa ketika pencarian pengetahuan bermunculan dengan rasa mendalami, terus menerus tanpa henti akan membuat manusia sendiri sebagai subjek yang sadar linglung, sehingga pembatasan pengetahuan dilakukan untuk tidak memberikan kebingungan klasik dari ketidakterbatasan objek pengetahuan yang harus diketahui manusia. 

Catatan penting yang harus digarisbawahi adalah ketidakterbatasan objek pengetahuan bukan berarti abadi, namun manusia belum menemukan ruang lengkap dan total terhadap objek pengetahuan. Sehingga, ketika di dudukan kepada manusia sebagai subjek dan sesuatu yang ingin dikenali sebagai objek pengetahuan, maka buah yang dihasilkan adalah pengetahuan pertanggungjawaban subjektif, maupun pengetahuan intersubjektif. Meskipun dalil utama dalam wacana pengetahuan adalah selagi dalam perdebatan dan pemahaman, maka bisa menjadi wacana yang relatif, sejauh subjek mempertanggungjawabkan semua yang ingin di patahkan, meskipun jawaban yang digunakan suatu masa akan sama nasibnya, dan seterusnya seperti itu tanpa henti. 

Pada titik ini, suatu masa kesadaran penuh difahami, bahwa pengetahuan tiada batas untuk satu materi pengetahuan yang dikenal total. Yang ada, hanyalah subjek memahami objek, bukan murni objek itu sendiri pada dirinya (an sich). Oleh karenannya, pengetahuan yang lahir dalam diri manusia adalah proyek abstraksi memahami, sehingga hampir lebih banyak objek pengetahuan hanya sebagai pemantik, sedangkan produk pengetahuan adalah hasil olah akal budi manusia sebagai subjek. Sedangkan objek, akan selalu menjadi wacana pengetahuan, dan seterusnya akan melahirkan pengetahuan dari manusia sebagai subjek, dengan banyak dimensi-dimensi baru dan jelas penuh dengan perdebatan panjang di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun