Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ombak dan Ceritaku

16 Desember 2024   18:24 Diperbarui: 16 Desember 2024   20:39 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiada alasan, tetapi aku ingin pergi ke tempat bising itu. Suaranya tiada henti selesai, aku menatap ke kanan dan ke kiri, tak terlalu banyak orang yang peduli akan kehadiranku. Lalu aku memutar lagu yang kesekian kali kudengar, itu tentang perpisahan.
Aku disini, Mendengar ombak besar yang tak pernah berhenti. Katanya cukup menenangkan, tetapi nyatanya tidak sama sekali, aku bahkan semakin tidak karuan. Entah karena apa, tetapi, ombak ini terus menerus menabrakkan diri, dan tidak berhenti untuk berkali-kali memberitahuku, bahwa semua itu telah berlalu.
Aku ingin berteriak, sekeras kerasnya kepada yang telah terjadi. Aku ingin berteriak sejadi-jadinya, sampai aku lupa tentang semuanya, lupa tentang rasa yang telah lama mengendap.
Aku terlalu bahagia, aku terlalu menginginkannya, tapi aku tak mungkin memiliki seutuhnya. Dan aku sadar, setiap kali aku mendengar ombak itu memberitahuku, bahkan untuk saat ini pun, aku sadar, bahwa semua ada waktunya. Kebahagiaan, cinta, duka dan bahkan kepergian ada masa yang akan terganti. Dan aku menunggu, saat ini menunggu apa yang akan seterusnya terjadi. Meski sekarang aku kesepian, sekarang merasa sedikit frustasi, tetapi aku yakin semua akan berlalu, dan akan ada kisah luar biasa nanti yang akan aku dapati, entah dengan siapa, entah dengan kisah seperti apa. Aku ingin semua kisah itu membuatku semakin tumbuh dewasa.
Ombak, beritahu aku bagaimana sekarang. Kau yang membawaku kesini kan?, jadi beritahu aku sekarang bagaimana caranya. Apakah aku harus mengerti dengan menepi seperti ini?. sejujurnya benci seperti ini, aku tak mau seperti ini, tetapi aku tak tahu apa yang akan terjadi seusai ini. Namun, semoga yang terbaik untukku, bahkan untuknya juga.
Ombak, beritahu aku sekarang, bagaimana caranya. Aku telah menemuimu dengan kesungguhan, berharap ada rasa iba dan asa yang kau berikan padaku. Aku ingin semua itu, mendapatkan jawaban dari sekian hal yang membuatku semakin tak karuan ini.
Tetapi aku pernah mendengar dari sebuah lagu yang kuputar di gelapnya pantai, dan ombak jadi saksi. Bahwa kepergian yang telah lalu itu itu membuat kita semakin tumbuh dewasa, semakin menjadi manusia yang penuh akan rasa cinta. Dan semoga itu benar, dan jangan buat aku berfikir dua kali untuk menjadi dewasa ini.
Aku percaya semuanya, berjalan sesuai alur dan kisahnya. Dan aku ingin yakinkan saja, dan kau yang memberitahuku sedikit caranya. Bagaimana aku bisa tumbuh dewasa dengan versi terbaik yang kupunya.
Terima kasih telah jadi waktu dan tempat terbaik untuk bercerita, meski tidak ada jawaban pasti, tetapi aku menemukan sesuatu yang lebih berharga dari kepergian, adalah harapan.
Harapan tentang bagaimana semua yang terjadi membuatku semakin kuat, tumbuh dewasa dan semakin punya hal banyak untuk di perjuangkan. Aku punya harapan lebih banyak yang meski diperjuangkan dari hidup yang dijalani. Harapan itu berlian bagiku, dan sedikit kutemukan bongkahan nya di pertengkaran ombak hingga malam itu.
Terima kasih atas semuanya, bahkan aku tak tau apa yang telah ombak itu bisikan padaku. Tetapi, aku sedikit berani melangkah setelah merenung tak karuan. Bahwa, apa yang semua terjadi ini adalah tentang takdir yang seindah mungkin dikisahkan oleh Tuhan, hanya untuk aku seorang. Dan tugasku menikmati dengan menjalaninya, baik-buruk, sedih-tawa, kecewa-bahagia adalah atribut yang menyertainya.
Dan semoga saja aku kuat, sampai kapanpun itu.

Parangtritis,Yogyakarta 16 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun