Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ecobodyisme: Manusia Adalah Segerombolan Pendosa Atas Kehidupan

15 Desember 2024   14:16 Diperbarui: 15 Desember 2024   14:16 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Karl Potter / Pinterest

Di bumi, hiduplah banyak mahkluk, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Di bumi, terdapat dua jelas benda, pertama benda mati dan kedua benda hidup. Kedua benda ini menyatu dengan sadar atau tidak, menyatu dalam kehidupan yang sangat kompleks ini. Namun, ada kehidupan di bumi yang diisi oleh mahkluk angkuh nan kuat, ia bernama manusia. 

Kategori manusia sebagai mahkluk di bumi memang kategori yang bukan wajib, karena bumi terbentuk atau tercipta bukan alasan manusia ada. Hampir semua agama mempercayai, dan ilmu memahami bahwa ada kesepakatan diantara mereka bahwa kehadiran bumi sudah ada sejak lama, dan manusia adalah bagian evolusi kehidupan yang panjang ikut serta di dalam nya. Sehingga, alasan bumi ada bukan alasan manusia ada, melainkan manusia ada karena mereka berada dalam tahapan Evolusi kehidupan yang telah berjalan jutaan tahun, kemudian manusia mengambil bagian peran untuk terlibat sebagai penghuni di muka bumi. 

Manusia, mahkluk lain dan berbagai benda mati tidak membutuhkan Kartu Tanda penghidupan (KTP), hidup di bumi tidak butuh klaim untuk menyatakan benar-benar hidup di planet mungil nan biru ini. Secara aksiomatis manusia, dan hewan yang ada di bumi ini adalah hidup, termasuk penyertaan atas tumbuhan. Meski ukuran kehidupan tidak sekedar bergerak, melainkan pada tataran lebih luas lagi dalam pemahamannya. 

Namun, manusia adalah mahkluk luar biasa di bumi, mereka hidup tak sampai jutaan tahun, namun sudah menjadi pengaku kekuasaan di muka bumi. Manusia, merasa dengan kesombongan, dibarengi rasa angkuh memiliki bumi ini. Sehingga, mahkluk lain, dan benda lain adalah milik mereka seorang. Titik inilah kesombongan dari sebuah kehidupan, dimana manusia bangga atas pencapaian, mereka termasuk spesies hidup di bumi yang berkembang secara cepat dan inovatif. Sehingga, pada titik ini tak bisa di abaikan bahwa pencapaian manusia untuk menjadi puncak kehidupan berkuasa di bumi merupakan sesuatu hal nyata. 

Namun, siapa yang akan memberi apresiasi dan juara?. Jelas tidak ada kan. Jadi apakah benar manusia memiliki kendali dan raja dari segala raja kehidupan di bumi, siapa yang menilainya?, jelas tidak ada kan. Jadi bagaimana klaim itu muncul dan mengapa hal tersebut menjadi kesombongan yang meluhur.

Hanya, ketika manusia bisa mengontrol kehidupan, memenjarakan semua hewan, dan bebas sebebas-bebasnya memotong tumbuhan bukan membuat mereka menjadi penguasa tunggal kehidupan. 

Manusia tetaplah mahkluk hidup, yang dimana bagian dari alam, namun bedanya manusia adalah segerombolan mahkluk hidup pendosa, namun tidak semua, tetapi banyak dari mereka menjadi mahkluk hidup yang merasa bangga akan dosa kesombongan dan keangkuhan yang dimiliki. Merasa, pengetahuan bisa mengendalikan semua. merasa, semua kehidupan di bumi telah di taklukkan. Semua rasa ini menjadikan manusia merasa lebih baik, bahkan, rasa inilah yang disebut nafsu yang dalam agama sendiri, iblis pun melalukan nya pertama kali. Jadi, bagaimana membedakan manusia seperti itu dengan para iblis?. 

Dengan jelas, disaksikan betapa luar biasanya kehidupan manusia, kesombongan tak terkendali karena apa yang telah mereka capai hari ini. Namun seketika alam membisikan dan menganggu kehidupan manusia, mereka malah keluyuran, dan menangis bagai anak kecil yang tak dibelikan mainan. Seperti halnya gempa bumi, Tsunami, meteor jatuh, Angin Tornado, dan bahkan musibah lainnya seperti Virus covid-19 yang membuat manusia kewalahan dan menyadari kembali untuk kesekian kali. Siapa manusia yang sombong dan angkuh itu? Apakah setelah diberikan sedikit gangguan oleh alam dan oleh Tuhan, mereka bisa berani sombong?.

Manusia memang selalu menjadi manusia, merasa bangga dengan apa yang telah di capainya. Mereka sampai pada sebutan mahkluk berdosa, tahu dengan kesombongan, namun tak ingin mengintropeksi diri, hanya suka dengan rasa bangga diri atas berbagai pencapaian. Manusia dengan sikap pendosanya, mereka angkuh nan keras kepala. Besi bisa di tempa untuk jadi sesuatu yang lebih baik, manusia tidak sekedar di tempa saja, melainkan akan terus menerus diberikan ujian untuk menyadari, dimana posisi mereka sebenarnya. Mereka harus sadar kesombongan atas pencapaian itu apa berguna ketika mereka berurusan dengan alam dan bahkan Tuhan sekali pun. Manusia harus menyadari bahwa mereka hanyalah mahkluk yang ikut bermain dengan alam kehidupan di sebuah planet mungil nan biru disebut bumi. Mari menyadari manusia sekalian yang membaca tulisan ini, bahwa intropeksi diri untuk tidak lagi merasa "aku" Dan "ada" Sebagai yang selalu dinomorsatukan. Ingat, dalam konsep agama yang menerangkan semua berasal dari Tuhan atas penciptaan nya, dan bahkan teori ilmu ekologi sendiri, secara khususnya konsep ecobodyisme menjelaskan kamu dan aku sebagai diri, tubuh, dan alam adalah kesatuan utuh yang terikat tanpa kita mengikat dan menyatukannya. Semua kehidupan di muka bumi, dan bahkan di alam yang begitu luas ini adalah kita semua, sehingga menyadari betapa kecil manusia dijagat raya, dan apa yang harus disombongkan kemudian.

Mari menyadari dan bertanya, siapa sebenarnya manusia di alam semesta yang luas ini?. Jika semua manusia memiliki akal sehat, maka mereka akan menyadari kesombongan dan keangkuhan yang telah mereka ucapkan adalah bentuk kebodohan. Sehingga, mari menjadi mahkluk yang waras, dan bersama hidup sesuai dengan keselarasan. Manusia dan semuanya adalah hidup di ruang sama, yakni diri, tubuh dan alam yang menyatu secara total tanpa kita sendiri satukan. Tugas manusia menyadari dan tak lagi kesombongan diri yang dihidupkan, namun yang dibangunkan adalah rasa dimana kepedulian atas banyak hal dalam hidup mampu dengan baik dan bijak disposisikan. Bukan tentang manusia saja, tetapi tenang semua yang memang bagian tak terpisah dari manusia untuk kehidupan yang berlangsung hingga detik ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun