Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teori Relasi Kuasa; Analisis Kasus Agus Buntung dalam Lensa Foucault

14 Desember 2024   18:24 Diperbarui: 14 Desember 2024   18:24 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : DarkGeek / Radar Kediri / Pinterest

Hari-hari ini kita dihebohkan dengan berita seorang laki-laki dipanggil agus buntung, sesuai namanya, ia adalah manusia yang tidak memiliki tangan. Namun dijadikan dugaan tersangka karena melakukan pelecehan seksual terhadap banyak perempuan. 

Disini kita akan bertanya-tanya, bagaimana caranya seorang laki-laki tak bertangan bisa melakukan sebuah kejahatan, dan bahkan kejahatan berupa pelecehan seksual itu tidak dilakukan sekali. Namun di beberapa sumber yang telah terupdate hari ini, banyak wanita yang melaporkan agus buntung karena telah melakukan pelecehan terhadap mereka. 

Sejauh data yang telah ditemukan penulis, ditemukan sekitar 17 korban wanita yang pernah dilecehkan oleh sik agus buntung. Ini menjadi berita menarik untuk dikaji, bagaimana bisa seorang difabel melakukan pelecehan seksual sebanyak. Tentu, ini menjadi kajian menarik lagi ketika dikaitkan dengan teori sosiologi yang dibawakan oleh tokoh Francis bernama Michel Foucault, teori terkenal nya dalam sosiologi yakni mengenai teori relasi kuasa. 

TEORI RELASI KUASA MICHEL FOUCAULT

Apa itu teori relasi kuasa dari Michel Foucault? . Secara sederhana, kita akan mendefinisikan teori relasi kuasa sebagai konsep kekuasaan yang berbeda jauh dari definisi kekuasaan yang diketahui banyak orang. Jika kebanyakan orang mendefinisikan kekuasaan sebagai bangku pemerintah, mencapai ruang politik untuk mengontrol aspek yang lebih besar, semua itu dalam definisi yang Sentral dan memiliki karakteristik vertikal (atas-bawah). Maka bagi Foucault, kekuasaan tidak berjalan sedemikian rupa, kekuasaan menurut Foucault adalah sesuatu yang meluas, menyebar dan ada dimanapun dan kondisi apapun. Tidak bersifat Sentral, dan tidak juga bersifat formal legal. Kekuasaan ada di mana-mana selagi ada syarat postulat utama, yakni "relasi" Yang membangun interaksi antar individu, maupun yang lebih besar individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. 

Definisi yang diletakkan oleh Foucault mengenai kekuasaan seperti ini sifatnya berada di garis horizontal sekalipun, artinya dalam ruang lingkup pertemanan, keluarga, hubungan pacaran dan bahkan aspek organisasi adalah kekuasaan itu sendiri. 

Foucault menjelaskan teori relasi kuasa memuat bahwa dimana ada kekuasaan, diisitulah ada relasi, dan setiap ada relasi pasti ada yang didominasi dan yang mendominasi; yang inferiori maupun yang superior, baik itu disadari maupun tidak di sadari ada terbentuknya relasi kuasa di sana. 

Teori relasi kuasa dalam pandangan Michel Foucault memuat bahwa ketika ada kekuasaan, maka akan ada potensi memproduksi pengetahuan sebagai kekuatan. Kekuatan dari pengetahuan inilah yang bisa menciptakan kekuasaan, yang arti kata di manapun ada kekuasan, pasti ada pengetahuan. Sebaliknya, dimanapun ada pengetahuan dalam relasi yang lebih superioritas, maka disitulah kekuasaan ada dengan menonjolkan dominasi. 

Konteks pemahaman kekuasaan yang dibangun oleh Foucault berangkat dari bagaimana kekuasaan bisa menciptakan dan memanipulasi pengetahuan manusia dengan kekuatan pengetahuan itu sendiri. Sehingga disepakati oleh Foucault bahwa garis konguren kekuasan dan pengetahuan adalah satu hal sama, yakni sama-sama memiliki kekuatan. 

ANALISIS KASUS AGUS BUNTUNG DENGAN TEORI RELASI KUASA MICHEL FOUCAULT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun