Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bias Kendali: Persoalan Hidup Terlalu Stoik

10 Desember 2024   09:54 Diperbarui: 10 Desember 2024   09:54 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Amal / Pinterest

Stoikisme adalah salah satu aliran dalam filsafat yang membawa obor pencerahan atas kehidupan yang tak terkendali ini. Aliran ini menerangkan bahwa kita semua bisa punya kesempatan untuk bisa mengenali diri sendiri, mengenali banyak hal bagian eksternal yang ada di hadapkan oleh kita. 

Aliran stoiksime menjadi satu aliran filsafat yang masih relevan untuk dipelajari hingga hari ini, karena secara khusus kita sebagai manusia diberikan obor pengetahuan bahwa kita punya hak untuk hidup semestinya dalam mengendalikan diri. 

Salah satu ciri khas dalam filsafat stoiksime adalah dikotomi kendali, yakni sebuah prinisip dalam filsafat stoisisme yang memberikan Kesadaran bagi setiap orang untuk bisa memahami bagian-bagiany mana yang mereka bisa kendalikan dan bagian mana yang mereka tidak bisa kendalikan. Dikotomi kendali menerangkan kepada semua orang untuk hidup apa adanya, menjalani apa yang memang bisa kita akses sendiri, menerima apa yang telah kita usahakan secara maksimal. Dikotomi kendali dalam stoiksime memberikan pengarahan bahwa kedamaian pikiran manusia sebenarnya dapat dicapai dengan belajar untuk fokus dan bertindak berdasarkan apa yang berada dalam kendali diri sendiri, atas keyakinan, penilaian, dan tindakan kita sendiri. Lalu sambil menerima dan melepaskan hal-hal yang tidak, seperti tindakan, pendapat orang lain, atau bahkan sebuah hasil yang tak pernah diketahui akhirnya. 

Prinsip hidup stoikisme membawa arah untuk setiap orang untuk percaya, bahwa diri mereka punya kendali atas apa yang seharusnya mereka pilih dan kendalikan dan apa saja yang harus mereka abaikan. Sehingga prinsip hidup dalam filsafat stoikisme ini masih relevan diterapkan hingga hari ini oleh siapapun, baik itu guru, siswa, masyarakat biasa, pejabat, dokter, dan lain sebagainya. Dengan prinsip hidup secara stoikisme, mereka bisa lebih menetralisir segala hal-hal yang membuat diri mereka cemas, karena sejak awal mereka tidak pernah mengetahui sama sekali apa yang semestinya mereka kendalikan dan apa yang semestinya harus mereka Terima saja dalam kehidupan ini. Kematian, kehidupannya, kegagalan, kesuksesan, lapar, minum, dan masih banyak lagi, bagian-bagian itu tidak pernah bisa kita kendalikan sama sekali, namun hal itu pasti akan terjadi pada kita dengan secara sadar atau tidak sadar, maupun secara langsung atau tidak langsung. Sehingga, kita perlu untuk memahami hal itu akan pasti terjadi, namun ada hal-hal penting yang perlu kita kendalikan dan memang memiliki hak atas kendali kita seperti apa yang kita putuskan soal cinta, soal belajar hari ini apa, mau makan apa dengan banyak pilihan, mau olahraga atau tidak, memilih banyak Perguruan tinggi yang ingin dimasuki, memiliki kesempatan untuk memilih seorang pemimpin, memilih peluang untuk bersaing, dan masih banyak lagi. Ketika kesadaran itu dilekatkan dan menjadi inheren dalam diri, maka secara sadar kita akan memahami bahwa apa yang memang kita bisa kita kendalikan itu adalah akses, kesempatan dan proses. Sedangkan untuk persoalan akhir, seringkali dalam hanya hal tak bisa kita kendalikan. 

BAHAYANYA HIDUP KITA TERLALU STOIK

Di balik senyum dan suasana orang-orang memandang filsafat stoikisme sebagai sesuatu yang paling relevan untuk di terapkan. Sebab, prinsip hidup stoikisme adalah cara paling rasional dan logis untuk setiap orang untuk berkesempatan memilih hidup seperti apa dengan tanggungjawab atas individu. 

Prinsip dikotomi kendali adalah buah nyata dan inti penting dari prinsip stoikisme, kita akan memperoleh satu jalan kehidupan dengan sebuah cara pandang sekaligus cara hidup di era penuh keragaman ini mengenai mana saja yang bisa dikendalikan dan bagian mana yang tak bisa dikendalikan. 

Ini memang cukup terdengar sempurna dan sangat sederhana untuk diterapkan. Akan tetapi, stoikisme adalah prinsip hidup yang tak bisa dikatakan sempurna, pastinya ada ruang kritik dan pertanyaan yang bermunculan. Jika jatung stoikisme adalah mengenai dikotomi kendali, maka kritikan tajam yang akan muncul menjadi diskusi panjang mengenai stoikisme adalah mengenai bias kendali. 

Bias kendali dapat difahami secara singkat adalah dimana subjek atau kita-kita ini merasa memiliki kendali lebih dan bahkan total atas segala sesuatu hal. Ilusi dalam bias kendali muncul karena seseorang tidak memiliki pemahaman langsung tentang apakah mereka mengendalikan suatu peristiwa. Hal ini disebut ilusi introspeksi. Sebaliknya, mereka sering menilai kendali mereka melalui proses yang tidak selalu dapat diandalkan, sehingga merasa bertanggung jawab atas peristiwa yang sebenarnya memiliki sedikit atau bahkan tidak ada hubungan kausal. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian, mahasiswa berada di lingkungan realitas virtual untuk mengatasi rasa takut ketinggian menggunakan lift. Mereka yang diberi tahu bahwa mereka memiliki kendali, meskipun sebenarnya tidak, merasa seolah-olah benar-benar mengendalikan lift, sama seperti mereka yang memiliki kendali penuh. Sebaliknya, mereka yang diyakinkan tidak memiliki kendali merasa seolah-olah hanya memiliki sedikit kendali dan cenderung rasa takut karena tak ada kendali atas lift tersebut, jelas ini memainkan fikiran manusia yang biasa disebut sebagai placebo effect.

Bias Kendali menjelaskan kepada kita bahwa kita sebagai seorang yang berfikir merasa bahwa segala-galanya bisa dikendalikan, dan serba tau atau sok tahu atas segala hal yang terjadi. Kita beranggapan bahwa kita bisa Menyelesaikan semua hal yang terjadi dengan kemampuan kita mengendalikan sesuatu fenomena. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun