Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

De-legitimasi Pengetahuan Objektif

9 Desember 2024   14:45 Diperbarui: 9 Desember 2024   14:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Allie Curtis

Manusia tumbuh dengan rasa ingin tahu, kadang bersepakat, dan lebih banyak memunculkan pertengkaran intelektual. Ini memang sering terjadi, namun pada dasarnya perjalanan manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan memang sulit dibantah masih dalam proses kelahiran. Setiap era memiliki perkembangan nalar masing-masing, dan setiap nalar tentu dibangun dari epistemologi dengan suasana wacana yang begitu dialektika. 

Abad 21 memang merupakan fase pengetahuan penuh gejolak yang muncul dari bukan ruang kosong. Melainkan, pengetahuan abad ini muncul dari perjalanan panjang di masa lampau, dari proses sejarah inilah pengetahuan kadang di tempat kan di ruang yang tepat. Namun, tak jarang mereka melakukan proses dekonstruksi untuk benar-benar memperoleh pengetahuan yang paling relevan. Dan di abad ini,sebuah fase yang diperkenalkan dengan kebebasan individu, postmodern adalah era dimana setiap kebenaran tidak bersifat Sentral sebagaimana pandangan klasik dan modern, melainkan pengetahuan dan kebenaran muncul dari subjek yang mengusahakan untuk menghadirkan nya. 

Postmodern merupakan bentuk peralihan dari pengetahuan modernitas. Dalam fase ini, permainan dari strategi bahasa sebagai jalan wacana sangat penting. Baik modern maupun posmodern mampu mengendalikan wacana itu dengan memainkan siapa yang mengungkap nya. Jika abad modern diletakkan kepada orang-orang yang memiliki Otoritas, maka permainan bahasa waktu itu sangat penting untuk mensugestikan kebenaran, meskipun catatan merahnya kebenaran yang di konstruksikan adalah hasil kolektif. 

Dalam konteks pengetahuan modern, kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan  menjadi katalisator yang mempercepat fragmentasi narasi besar, seperti budaya, ideologi, dan agama yang pada saat posisi sebelumnya memegang otoritas pengetahuan. Pada masa modern, narasi besar berperan sebagai landasan yang memandu pemahaman manusia secara lebih sederhana tentang pengetahuan dunia, dengan klaim kebenaran yang bersifat universal yang disepakati oleh otoritas. Namun, di era posmodern Semua berubah, klaim tersebut tidak lagi relevan, karena informasi kini menyebar secara masif dan tidak terpusat. Manusia menikmati informasi dalam bentuk desentralisasi sehingga tidak lagi merasa bergantung pada narasi besar untuk mendapatkan makna hidup, melainkan lebih cenderung mengandalkan interpretasi individu atau subjek yang berkesadaran atas berbagai informasi yang mereka terima.

Postmodernisme sendiri menolak berbagai hal yang berkaitan dengan homogenitas yang melekat pada modernitas dan lebih menekankan pada pluralitas, perbedaan, heterogenitas, serta pengalaman hidup sehari-hari yang beragam. Dengan kata lain bahwa, era ini membuka ruang bagi wacana yang dibawa oleh setiap subjek, baik yang di pusat maupun yang di pinggiran untuk bisa mengakses informasi dan pengetahuan yang sama. Tidak ada lagi diskriminasi dan rasisme pengetahuan.perspektif minoritas untuk menjadi bagian dari diskursus global tentu hadir bersama-sama sebagai bukti memperkuat sifat demokratis dalam penyebaran pengetahuan.

De-legitimasi terhadap objektivitas pengetahuan adalah ciri khas dari posmodern. Langkah seperti ini berusaha untuk menunjukkan demokratisasi pengetahuan oleh setiap individu, tidak ada lagi eklusivitas pengetahuan, semua pengetahuan harus diratakan dan disamakan posisinya untuk diakses. Sehingga, setiap individu bebas melempar pemahaman atau tafsiran terhadap segala sesuatu hal yang disebut abad posmodern ini sebagai kebenaran post-truth.

Post-truth adalah kategori yang masuk di era pasca-industri, yakni era dimana industrial adalah hasil produksi ilmu pengetahuan. Pada masa post-truth inilah setiap pihak dapat menginterpretasikan apa yang mereka terima sejauh pertanggungjawaban sunjek, terlepas dari latar belakang, etnis, maupun kelas sosial. Kelanjutan dari peralihan orientasi inilah membuat berkembang pesat mengenai era wacana postmodernisme. Pandangan posmodern membawa warna Warni kehidupan yang lebih menekankan kebebasan, pluralitas, perbedaan, heterogenitas, budaya lokal/etnis, dan pengalaman setiap hidup sehari-hari sebagai penghargaan. Dari penerimaan terhadap keberagaman yang dibawa oleh posmodern inilah, buah jalan post-truth dalam kebenaran mendapat tempatnya untuk menjustifikasi segala hal dari individu yang berkesadaran dan bertanggungjawab.

Sumber referensi

Ilham Perdana Lazuardhi. Post-Truth: Konsekuensi atas Keruntuhan Modernitas. Akses di https://lsfcogito.org/post-truth-konsekuensi-atas-keruntuhan-modernitas/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun