Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perjalanan menuju Tuhan

7 Desember 2024   09:03 Diperbarui: 7 Desember 2024   09:07 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Urooj Mirani / Pinterest

Perjalanan penyatuan ini memang bukan adalah sesuatu dalam arti akhir. Aku terkejut dalam perjalanan menuju Tuhan pada tahapan ini pun membuatku merasa, aku hanya berada di langkah sebelum perjalanan. 

Aku masih tersesat, setelah mendengar kan bagaimana para orang-orang saleh dan salehah berjalan menuju ke Tuhan. Dari rasa persiapan diri sampai pada penyatuan, ternyata titik akhir semua itu bukan arti kita menikmati rasa cinta dan penyatuan atas cinta Tuhan terhadap sesuatu ciptaan  nya. Namun puncak dari perjalanan menuju Tuhan hanyalah satu hal, yakni fana. 

Secara teoretis, dapat di fahami bahwa Fana merupakan bagian dari disiplin ilmu tasawuf yang menjelaskan arti dalam arti lenyap dari sifat manusiawi yang terbelenggu dengan berbagai tuntutan syahwat dan hawa nafsu, hal keadaan tumpuan ingatan hati hanya tenggelam dalam menghayati sifat kesempurnaan dan keagungan Allah SWT. Konsep tertinggi dalam bagaimana melakukan perjalanan menuju ke Allah SWT. 

Proses dalam puncak ini, fana merupakan kesadaran tingkat tinggi dan tumpuan ingatan yang jitu yang hanya tertuju kepada Allah SWT hingga ingatan dan perasaan terhadap perkara lain menjadi tumpul seolah-olah lenyap dari ingatan.

Fana mengartikan kita semua tidak pernah ada, yang ada hanyalah Allah SWT. Kita tidak pernah sama sekali ada, kita sering mengada-ada saja, sedangkan yang pantas dan mutlak ada hanyalah Allah SWT. 

Perjalanan menuju Tuhan memang bukan perjalanan kita menemukan Tuhan, dan bukan puncaknya Penyatuan atas nama cinta kepada Tuhan. Namun, puncak dari perjalanan menuju Tuhan adalah puncak perjalanan ketiadaan kita, dan hanya Allah SWT yang maha ada dan absolut prima. 

Perjalanan menuju Tuhan bukan perjalanan manusia untuk ada, tetapi perjalanan menuju Tuhan pada puncaknya adalah lenyapnya kita semua yang tercipta, apapun sesuatu itu. Hanya Tuhan yang maha Esa lah yang ada dan akan selalu ada. Kita semua, diciptakan oleh Tuhan, dan suatu saat akan mati, dan suatu saat nanti kita tidak akan tahu bagaimana yang terjadi kepada kita sendiri sekalipun. 

Namun pada akhir nya, semua hal atau sesuatu adalah ciptaan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, dan puncak dari itu semua adalah lenyapnya segala hal itu, dan menyadari bahwa semua yang ada dalam pandangan manusia adalah sesuatu yang ada sejauh Tuhan ciptakan. Kita tidak pernah ada, alam semesta tidak pernah ada, akhirat tidak pernah ada. Hanya ada Allah SWT, dan itulah puncak dari perjalanan menuju Tuhan. 

Fana menjadi tingkat puncak tertinggi dan akhir dari perjalanan mahkluk menuju Tuhan, dengan menyadari bahwa semua yang menjadi ciptaan akan lenyap. Sebagaimana yang pernah di katakan oleh Sufi Abu Yazid al-Bustami berpendapat mengenai fana. Bahwa perjalanan manusia dalam makna Fana berarti hilangnya kesadaran akan eksistensi diri pribadi. Sehingga menutup tulisan ini akan mengutip pandangan dari tulis Siti Nur Aidah dalam bukunya Arti Fana dalam Islam. Ia menuliskan sebagai berikut;

"Sehingga tidak lagi merasakan kehadiran tubuh jasmaniahnya sebagai marwisia, kesadaran menyatu dalam iradah Tuhan tetapi bukan dalam wujud Tuhan," . 

Untuk memperkuat tulisan ini, jelas akan di tampilkan beberapa ayat yang menjelaskan tentang bagaimana perjalanan manusia menuju Allah SWT menjadi puncaknya adalah fana, berikut ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur'an.  firman Allah SWT dalam Q.S. Ar Rahman ayat 26-27 berbunyi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun