Apa itu demokrasi?Â
Pertanyaan ini terlalu tidak penting dipertanyakan oleh banyak orang. Karena sejauh yang di fahami, dan dianggap stagnan sebagai kebenaran. Bahwa, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang menjelaskan ruang dari, oleh, dan untuk hanya kepada rakyat.Â
Secara ideal dan sempurna sekali. Demokrasi menjadi sistem yang diidam-idamkan, alasan salah satunya adalah karena semua hal tergantung kepada rakyat. Baik dalam fikiran maupun keputusan dipegang atas kedaulatan rakyat, meskipun jenis-jenis demokrasi lahir menyesuaikan dengan negara masing-masing. Namun, demokrasi tetap persoalan rakyat sebagai objek tunggal tujuan, meskipun hari ini para pemikir politik melihat rakyat hanyalah syarat bagian dari demokrasi yang dipenuhi dengan kepentingan di tuju.Â
Demokrasi, sistem yang ideal dalam fikiran. Namun, namun dan namun tidak pernah ideal dalam penerapannya. Memang, sekali lagi tidak ada yang bisa merepresentasikan fikiran, apalagi sebuah gagasan. Tentu banyak catat karena fikiran dan realitas tidak bisa terhubung 100% sempurna. Pasti dunia yang dialami akan memiliki kekurangan daripada fikiran yang ada dalam bentuk sempurna.Â
Begitu pula di alami dalam demokrasi, banyak manusia menghamba pada sistem ini dikarenakan ia memegang satu definisi sistem yang hanya, untuk dan tujuan rakyat. Namun, dalam praktek nya, demokrasi hanyalah sebuah gagasan-gagasan besar di atas kepala yang diperdebatkan di ruang publik, tempat tongkrongan anak muda sampai dengan ruang kelas. Perdebatan demokrasi seperti apa di dudukan pada sidang pengetahuan yang panjang, tujuan untuk memperoleh hasil apa dan bagaimana demokrasi sebenarnya di terapkan.Â
Sebab apa?, ditemukan sistem demokrasi yang mengatasnamakan rakyat dan hanya rakyat ternyata dimanipulasi. Tentu pelaku adalah rakyat sendiri. Sebab ketika sistem demokrasi di fahami tujuan untuk rakyat, maka semua manusia dalam negara adalah rakyat, beda mereka salah satunya adalah aktif sebagai warga negara dalam sistem negara atau hanya sebagai partisipan kritis atau partisipan pembeo. Banyak jenis dari partisipan sampai aktor sistem negara yang hadir dalam negara yang mengamini demokrasi. Semua peran-peran tersebut tetap jatuh kepada satu ruang yang sama, apapun peran yang dimiliki, yakni mereka semua adalah rakyat.Â
Jadi dalam sistem demokrasi yang bobrok adanya. Banyak orang-orang atau sebut saja oknum rakyat yang menjelma menjadi iblis, duduk di kursi kekuasaan, lalu kemudian menghabisi saudara sebangsa sendiri dengan kebijakan menguntungkan pribadi. Dalil dasar yang di pegang nya adalah kepentingan negara, dan kebijakan yang dibuat adalah keputusan bersama dengan keinginan dan harapan besar rakyat. Namun pertanyaan disini adalah, mereka adalah rakyat sebagai pejabat, dan mereka yang lain adalah rakyat yang tertindas oleh pejabat. Jadi bagaimana maksud sistem demokrasi yang untuk rakyat?.Â
Membingungkan atau tidak, mari membedah pemahaman sekalian. Bahwa demokrasi adalah sistem terbuka untuk di kritik, sehingga dengan jelas banyak rakyat melakukan demo karena merasakan kebijakan yang dibuat oleh rakyat yang disebut sebagai pejabat merugikan rakyat yang banyak. Namun kita lihat bahwa demokrasi adalah atas nama rakyat, sehingga rakyat yang tertindas melawan rakyat yang menindas. Dan bagaimana keputusan akhir tergantung bukan dari rakyat yang tertindas, namun dari rakyat yang menindas.Â
Menyaksikan di hadapan hari ini, bahwa demokrasi benar-benar hidup, untuk siapapun dan peran apapun. Karena semua adalah rakyat, meskipun peran mereka sebagai rakyat berbeda-beda. Sehingga jalan rakyat mereka ambil tentu atas tujuan dan kepentingan. Persetan atas kebersamaan, kebaikan dan keharmonisan. Semua dibuang di tong sampai kelaparan, penderitaan, ketidaksepakatan, dan ketidaktahuan. Semua bisu, tanpa ada kata sedikitpun memahami di antara sesama rakyat bahwa mereka sama-sama manusia.Â
Satu sisi rakyat Buta pada kekuasan, satu sisi rakyat merasa melulu ditindas. Sangat kompleks bukan?. Penuh drama, ironi, tragedi, ketidakmasukakalan, dan bahkan kedok-kedok janji tak di tepati, maupun anarkisme merusak lingkungan dan budaya sudah memenuhi warna dari demokrasi secara penerapannya. Namun ketika semua lari dalam teori, maka di situlah demokrasi jadi ideal tanpa ada cacat sedikitpun, bahkan anggapan solusi dari demokrasi untuk kesejahteraan, keadilan, persatuan, kebersamaan dan keharmonisan adalah satu-satunya di sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara.Â