Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Kapitalis dan Kaum Tertindas pada Kisah Habil & Qabil

21 Oktober 2024   06:38 Diperbarui: 21 Oktober 2024   07:20 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: even abdullah sarmis / Pinterest

Dalam sebuah kisah yang di anggap menjadi kebenaran, ada tragedi pembunuhan manusia pertama terjadi. Yakni seorang saudara bernama habil dan qabil, Habil adalah seorang kakak yang baik dan sedangkan Qabil yakni seorang adik yang memiliki hati jahat. 

Singkat kisah, Qabil membunuh Habil dalam sengketa kasus perjodohan dan rasa iri lainnya yang menyebabkan sik adik membunuh sang kakak. Pembunuhan pertama manusia di lakukan oleh sepasang saudara yang diikat satu keluarga. Karena ada rasa dengki, iri, sombong, dan tidak puas. Kemarahan memuncak pada akhirnya pembunuhan terjadi. 

Sama-sama terikat dalam ingatan, kisah pembunuhan Habil sang kakak oleh Qabil sik adik membawa dunia manusia mulai berubah, secara jelas. Manusia diberikan ruang cerita kesadaran, bahwa sang kakak yang baik mendapatkan rasa cukup ternyata tidak pernah bebas untuk menikmatinya. Ada ruang rasa iri dari seseorang, bahkan itu lahir dari ikatan darah sekalipun atas nikmat yang di dapatkan. Dapat di saksikan, tragedi Pembunuhan manusia pertama kali itu terjadi secara jelas, ada ruang keangkuhan yang menciptakan dunia untuk milik pribadi. 

Untuk melihat semakin nyata tragedi Habil dan Qabil ini, mari melihat dalam ruang nyata hari ini. Bagaimana kita bisa menyaksikan secara jelas di depan mata. Kisah Habil dan Qabil dalam bentuk sistem baru, dimana ada paradigma yang tumbuh untuk membunuh satu sama lain, meskipun secara sadar semua manusia bersaudara. Ada rasa angkuh dan tak puas menjelma menjadi hijab yang menutupi kebenarannya, akibat dari semua itu adalah muncul penindasan dari pihak-pihak tertentu atas kepentingan dari pihak lain, yang secara sadar itu lakukan untuk mencapai dunia kepuasan. 

TRAGEDI SOSIAL KISAH HABIS DAN QABIL

kita mengetahui bagaimana Habil dibunuh oleh Qabil, kita telah mengingat begitu kuat tragedi tersebut sebagai bentuk sifat manusia yang dengan tanpa rasa takut, mengorbankan siapapun itu untuk rasa puas diri. Begitulah manusia, berani melakukan tindakan paling buruk sekalipun untuk mencapai tujuannya. Seperti apa yang pernah di ucapkan oleh Thomas Hobbes, bahwa manusia dalam sifat alamiahnya adalah mahkluk rakus, jahat, mengerikan dan sampai pada puncaknya mereka adalah serigala bagi sesama. 

Kisah Habil dan Qabil menjelma menjadi kisah yang abadi. Dimana pembunuh terjadi dengan begitu dramatis, Habil dibunuh karena kepentingan dari Qabil yang tidak tercapai, sehingga jalan yang dipilih adalah bilangnya rasa kemanusiaan untuk mencapai kepentingan. 

Mari melihat tragedi ini dalam situasi hari ini. Kita akan melihat bahwa tragedi pembunuhan Habil dan Qabil adalah bentuk dari nyata dalam aspek sosial tentang kapitalisme dan kaum tertindas. 

Kita akan mengatakan bahwa Habil adalah personifikasi sebagai kaum tertindas, sedangkan Qabil menunjjukan sebagai sosok kapitalisme. Ada kesenjangan yang hadir dimana para kaum kapitalisme memegang rasa angkuh dengan tidak puas, kemudian memanfaatkan saudaranya sendiri sebagai budak kepentingan. 

Pembunuhan tidak harus meneteskan darah, namun pembunuhan juga dilakukan dengan menghilangkan identitas kemanusiaan. Inilah yang terjadi hari ini, dimana lambang Qabil sebagai kapitalis membunuh saudaranya sendiri Habil sebagai kaum tertindas dengan melakukan perbudakan kerja, yang mengakibatkan para kaum pekerja teralienasi dari identitas sebagai manusia. Kaum tertindas dipaksa untuk terus bekerja dengan maksimum usaha untuk memperoleh komoditas dengan surplus tinggi. Tentu akumulasi kapital yang dilakukan oleh kaum pemodal ini merupakan jalan untuk mencapai kepentingan individu yang rakus, sedangkan bagi para pekerja yang tertindas, mereka sudah kehilangan identitas sebagai manusia, sebab dipekerjakan layaknya mesin dengan upah yang sangat sedikit, namun di paksa untuk menghasilkan produk yang besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun