Syeda Shehar bano
Hari ini adalah hari istimewa saya, bukan hanya hari ini saja, melainkan hari-hari kemarin. Sebab, dari hari ini saya disadarkan tentang bagaimana bodohnya saya sebagai manusia yang sedang haus akan ilmu pengetahuan. Saya tersadarkan hari ini, bahwa saya adalah seorang yang tidak tahu apapun. Benar saja kata bapak filsafat barat, bahwa manusia itu tahu bahwa mereka tidak tahu apa apa, maka merekalah yang paling merasa bodoh saat itu.Â
Inilah yang saya sedang rasakan, bagaimana hari ini, dari pagi sampai malam tadi saya diperdengarkan dengan wahyu-wahyu ilmu pengetahuan yang sebegitu banyak. Tentang bagaimana generasi manusia seiring zaman terus berkembang, maju dan memiliki kekurangan setiap generasinya. Namun lebih dari itu, saya diperdengarkan dengan bisikan pengetahuan politis tentang bagaimana saya sendiri adalah salah satu manusia yang memiliki pengetahuan, namun tidak memahami pengetahuan yang saya miliki. Sebab ada dua alasan, pertama saya mengetahui, dan kedua saya tidak memahami.Â
Singkatnya, saya mengetahui tentang pengetahuan apa yang saya miliki, sehingga tanggung jawab terhadap ilmu pengetahuan itu adalah penguasaan terhadap teoritik, Sekaligus dalam strata lebih tinggi, saya sendiri mampu mempraktekkan nya. Namun dalam pemahaman terhadap pengetahuan tersebut, ternyata saya bodoh, bodoh pakek banget malahan. Karena, saya sendiri tidak mampu mengevaluasi semua pengetahuan yang saya dapatkan, merefleksikan, lalu kemudian mempraktekkan dengan sebaik-baiknya. Saya hanya larut pada wahana teoritik yang baku, kaku dan statis. Tidak bergelut pada debat dialektik, kajian filosofis dan praktek secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai opsional efektif.Â
Saya merasa, saya bodoh pada tatanan ini, saya tidak memahami dalam tahapan ini. Saya hanya manusia yang serba ingin bisa, namun tak memahami apa-apa. Saya selalu percaya akan kemampuan saya, namun tidak pernah merefleksikan semuanya. Hanya saja, saya pinter beretorika, namun buta pada prakteknya.
Hari ini, saya mengetahui dan memahami bagaimana saya seorang kelahiran tahun 2000 an sebagai julukan generasi gen z, dimana pada generasi ini memiliki kelebihan dalam hedonisme pada teknologi dan ilmu pengetahuan. Generasi z, yakni saya sendiri dimandikan dengan informasi, sehingga saya bisa menelan banyak informasi bermanfaat maupun tidak. Tentu inilah keuntungan saya sebagai anak kelahiran 2000 an, dengan fasilitas dan akses yang berlimpah, saya menjadi manusia yang dimanjakan dengan ilmu pengetahuan.Â
Namun, apa yang saya konsumsi sebagai informasi yang begitu banyak tidak bisa saya makan semua. Selalu ada racun atau penyakit di makanan yang banyak, selalu ada informasi salah dalam tsunami informasi. Sehingga saya harus mampu menseleksi semua itu, pintar dalam menelan semua informasi yang saya dapatkan.Â
Saya hadir pada tatanan itu, mampu berusaha untuk menseleksi pengetahuan yang saya dapatkan, mampu mencerna sebagai pengetahuan dan sekaligus saya yakini itu sudah menancap dalam otak saya sebagai memori ingatan kuat.. Namun, namun ada yang harus di sayangkan. Saya tidak Sehebat fikiran saya, yang saya maksudkan adalah saya tidak bijaksana dalam berpengetahuan. Sebab, saya hanya bergelut pada fikiran tanpa memanfaatkan ilmu pengetahuan yang sama miliki, saya hanya memikirkan, tanpa ikut membantu dalam perubahan nyata.Â
Buruknya saya, saya lebih banyak berbicara ketimbang bertindak, Lebih banyak mengetik daripada mengangkat tangan untuk banyak orang, dan lebih banyak berkomentar daripada ikut dilapangan. Saya menyadari, saya bodoh dalam prakteknya, saya kaku dan saya hanya manusia sebagai individu yang introvert, peduli dengan lingkungan saya, egois dan oportunis.Â
Namun, hari ini saya menyadari, bahwa itu sisi baik sekaligus buruk saya. Hari ini saya menyadari tentang fikiran saya tentang keburukan saya tak selamannya benar, bahkan bisa salah. Karena, saya menyadari bahwa dunia saya tentang dunai fikiran, tentang dunia teori, dan kaku pada dunia praktek. Akan tetapi itulah dunia saya yang saya miliki, dan saya akan berusaha untuk memaksimalkan itu semua. Untuk kebermanfaatan, mungkin tidak hari ini, esok atau beberapa hari ini. Namun suatu hari nanti, saya akan menjadi orang-orang yang bisa berkontribusi dalam fikiran saya dalam mengajar, mendidik anak-anak untuk berfikir progresif, saya akan berusaha untuk menjadi seorang pendidik yang bisa menyumbangkan ide, dan mentransfer dalam bentuk pengetahuan yang bisa di modifikasi.Â