Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bagaimana Seseorang Dikatakan Berfikir (Paradigma Saintifik Vs Filsafat)

14 Juni 2023   13:13 Diperbarui: 14 Juni 2023   13:19 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Warfield Jennifer / Pinterest

5. Kebenaran teosentris

Kebenaran dilihat dari perintah tuhan melalui agama. Semisalnya aturan agama dalam berpuasa, zakat, kebenaran isra miraj, kebenaran isa menghidupkan orang mati, dan kebenaran lainnya berdasarkan kepercayaan masing-masing. 

Kebenaran koherensi, korespondensi, pragmatis, konsensus maupun teosentris merupakan kebenaran dalam filsafat. Sehingga bisa dikatakan bahwa berfikir filsafat memperoleh kita pengetahuan yang luas dalam mengartikan sebuah kebenaran di dunia. Tidak dengan satu kacamata saja, melainkan kita akan menemukan kebenaran itu dalam ruang lingkup seluas-luasnya. 

KONKLUSI

Berfikir adalah cara kita memperoleh dan mengelola pengetahuan di tangkap. Dengan berfikir, kita bisa mengetahui dan memilah dan memilih apa yang dianggap sebagai kebenaran. Berfikir sainitifik mengajar kan kita sejauh mana pengetahuan yang secara fisika itu diperoleh, secara Metodis,sistematis dan objektif . Kemudian Adapun berbeda dengan berfikir filosofis memperoleh pengetahuan secara Radikal, mendalam, sistematis, holistik dan mendalam. 

Baik itu berfikir secara saintifik dan filosofis memperoleh nilai yang sama, yakni kita akan memperoleh informasi berupa pengetahuan. Dengan menggunakan konsep berfikir saintifik dan filosofis, setidaknya kita akan memiliki nilai yang berbeda dengan mahkluk lainnya. Bahwa manusia adalah mahkluk berfikir, baik berfikir tentang dirinya, berfikir tentang alam, maupun berfikir tentang Tuhan sebagai Sang Pencipta segala hal. 

Referensi

http://repository.unwira.ac.id/1989/3/BAB%20II.pdf akses pada

https://www.johnson.co.id/arti-berpikir-2/ akses

akses pada

https://idtesis.com/ilmu-dan-proses-berfikir/ akses pada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun