Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sejarah Manusia dan Ketidakkonsistenan Kekuasaan

10 Juni 2023   06:17 Diperbarui: 10 Juni 2023   07:13 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Peter greenwod illustrator / Pinterest

Manusia adalah mahkluk berpolitik, adagium ini menjadi satu pelekat khas bagi manusia yang pernah dikatakan oleh manusia tercerdas pernah lahir, yakni Aristoteles. Ia mengatakan bahwa manusia hidup tak lepas dari ikatan satu nama lain, mahkluk bernama manusia ini selalu mengedepankan bagaimana mereka harus bertahan dan hidup semakin maju. 

Sejarah manusia mengenai kehidupan mereka secara kolektif tentunya tak lepas dari bagaimana mereka belajar dari sejarah dan pengalaman setiap kehidupan nenek moyang. Hal demikian bisa dilihat dari penjelasan buku "sapiens" Karya yuval Noah harari menjelaskan bahwa manusia hidup dalam sejarah hingga kini memiliki fase-fase peradaban evolusi, namun mereka menjanjikan cara dengan kolektif dan mengandalkan kongnitif. 

Tentunya ini berbeda dengan sapiens yang lain yang melulu mengandalkan pertahanan menggunakan insting. Sehingga mereka ketika mendapatkan masalah yang sama dalam hidup, merasa kuwalahan. Tentunya ini menjadi predikat dan catatan penting bahwa manusia merupakan manusia yang mampu bertahan karena kerja sama dan penggunaan kongnitif secara kolektif. 

Kebersamaan dalam sejarah sehingga manusia bisa hidup semakin pesat hingga kini tak lepas dari bagaimana manusia saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya apa?, seperti yang telah dijabarkan pada hal awal bahwa manusia adalah mahkluk berpolitik, mereka mampu bertahan, berkontribusi, hingga menciptakan proyek gedung pencakar langit dan menjadi sapiens tertinggi karena ada strata saling mempengaruhi satu sama lain. 

Seperti yang awal dikatakan bahwa fungsi kecerdasan adalah mewanti-wanti dunia dengan partikularia. Sehingga proses saling mempengaruhi satu sama lain atau lebih tegasnya saling mendominasi dan tersubordinasi satu sama lain karena dari fungsi kongnitif untuk menciptakan sebuah perubahan spesies. Manusia selalu memiliki motif yang sama bahwa mereka akan selalu saling mendominasi, tak akan berpuas pada sebuah pencapai. 

Kondisi seperti ini mencatat bahwa manusia selalu dalam sejarah saling menghancurkan dan membangun demi kekuasaan tak lain Bertujuan menciptakan dunia yang lebih baik dengan versi kecerdasan miliknya. Walaupun keegoisan manusia berefek pada yang lain dari pertarungan kongnitif oleh beberapa individu. Ini juga berefek pada kuantitas yang lebih banyak. Sehingga dampak pengaruh pertengkaran kongnitif dalam tatanan perebutan kekuasaan demi penciptaan dunia versi dirinya selalu menjadi satu kehidupan dunia tak bisa dinaffikan. 

Kekuasaan adalah cara manusia menciptakan kehidupan dengan paradigma strategis. Tentunya kekuasaan memberikan satu justifikasi bahwa itu sangat orientasi, dengan arti kata bahwa kekuasaan jika dicapai oleh beberapa manusia mampu mengendalikan dalam jumlah yang sangat besar. Bahkan, jika kekuasaan mampu didapatkan, pengaruh nya pada setiap tindakan manusia selalu dituruti. 

Manusia menjelaskan sejarah bahwa kehidupan mereka berjalan secara kolektif dan bersamaan pengunaan kongnitif. Mereka membedah dengan pisau yang tajam tentang peradaban. Mereka menciptakan peradaban mereka sendiri, akan tetapi jumlah sapiens yang besar ini dikendalikan oleh beberapa individu yang dipercayai memiliki kemampuan lebih dari jumlah yang besar. Kepercayaan diberikan kepada beberapa individu yang akan selalu diikuti kemauan dan perintah tak lain dari efek butterfly yang bernama kekuasaan. 

Ia tak bernampak, namun mampu menciptakan kondisi kondisi kolosal. Kekuasaan bagai sebuah lautan, ombak menerjang sampai daratan dan dihamparluaskan dengan keindahan. Akan tetapi, dibalik itu semua lautan adalah kekuasaan yang tak diketahui banyak orang apa yang ada di balik nya. Kekuaaan bagai palung mariana, tak memiliki dasar dalam keabsolutan kepercayaan. Ia selalu memegang kerelativitasan dan kondisional pada situasi dan kondisi. 

Kekuasaan tidak pernah konsisten memegang janji. Ia akan mengkondisionalkan diri pada perintah tertentu yang selalu berubah setiap saat. Sifat dinamis ini dipengaruhi oleh bagaimana kekuasan tidak pernah dipegang dan didapatkan oleh manusia sempurna. Sebut saja ubermunch yang dikatakan oleh Nietzsche yang setara dengan Superman ataupun mengutip keinginan plato, Aristoteles yang menjelaskan bahwa penguasa ideal adalah mereka berasal dari golongan nabi atau filosof. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun