Sejak munculnya corona pada akhir tahun 2019 hingga sekarang tidak ada perubahan. Bahkan covid-19 dikategorikan penyakit menular yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus, dan saat ini (06/06/2020) terdapat 10 juta orang yang terinfeksi dan lebih dari 100 orang yang meninggal dunia, di Jawa Timur sendiri. Meskipun saat ini Pemerintah Jawa Timur sudah mempersiapkan langkah-langkah untuk menghadapi new normal sebagai upaya mengembalikan aktivitas masyarakat dan penyelenggaran pemerintah yang sempat terhenti karena adanya kondisi COVID-19 dan tidak selamanya masyarakat akan ada pada masa karantina.
Kini dunia usaha juga sudah bersiap untuk mengahadapi tatanan baru pasca pandemi COVID-19. Banyak perusahaan yang gulung tikar, tetapi ada sebagian perusahaan yang bertahan dengan modal yang terus menipis dan mampu mencetak laba. Tidak mudah juga bagi pengusaha untuk memasuki tatanan baru.Â
Tatanan baru bagi pebisnis jelas berbeda dengan yang dihadapi oleh masyarakat. Bahkan tatanan baru bukan hanya sekedar mengunakan masker, menjag jarak, serta hidup bersih dan sehat, tetapi mereka juga akan menghadapi pasar yang berubah yang dimana pola belanja konsumen juga pasti berubah. Pengeluara yang dulu tidak masuk hitungan kini sekarang vitamin dan perlengkapan kesehatan harus dibeli juga.
Dan bahkan adanya informasi bahawa akan adanya pembukaan tahun ajaran baru yang tetap harus dilakukan juga. Namun opsi pembelajarannya bisa dengan tatap muka di sekolah tetapi dengan tetap peraturan protokol yang telah di tetapkan, bahkan beberapa daerah pun sudah menyambut rencana ini dengan beragam. Daerah-daerah yang kondisinya dinilai sudah hijau dan menyatakan siap membuka kembali pembelajaran disekolah, dan sementara daerah yang masih kuning atau merah membuat opsi pembelajaran daring.
Pernyataan ini sontak membuat perdebatan, banyak yang mengira bahwa pemberlakuan new normal menjadikan siswa didik baru sebagai percobaan saja. Bahkan faktanya situasi wabah belum benar-benar selesai dan kurva kasusnya pun tak kunjung selesai.
 Atas kontroversi ini pemerintah pun memberi penjelasan bahwa yang dimaksud adalah membuka tahun ajaran baru bukan membuka sekolah yang sebagaimana sempat ada isyu seperti itu. namun, adanya pendekatan zonasi ini tetap saja tak menghentikan kontroversi. Banyak masyarakat yang ragu dalam dunia pendidikan in akan benar-benar aman, sekalipun di zona hijau.
Dan saat ini, new normal banyak dibicarakan oleh masyarakat dan mereka menangkapnya sebagai " kembali normal" dan ditunjukkan untuk menggenjot kegiatan ekonomi, otomatis membuat kehidupan seolah kembali seperti sebelum wabah. Inilah yang membuat sebagian masyarakat lain takut dengan ancaman wabah gelombang kedua.
*) Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi -- UM Jember
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H