Mohon tunggu...
Wahyu Agus Saputra
Wahyu Agus Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Program Makan Siang Gratis di Sekolah: Krisis Kepercayan?

16 Juli 2024   09:15 Diperbarui: 16 Juli 2024   09:20 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan di Indonesia saat ini berada pada titik kritis. Meskipun telah terjadi beberapa peningkatan dalam upaya memperluas akses dan meningkatkan kualitas pendidikan, data dan fakta menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita masih jauh dari harapan. Dengan skor rendah dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan masalah-masalah mendasar seperti ketidaksetaraan akses, rendahnya mutu pendidikan, serta ketidakrelevanan kurikulum dengan kebutuhan industri, kita harus mengakui bahwa pendidikan di Indonesia saat ini memerlukan perbaikan besar. Kondisi ini tentunya tidak hanya menghambat perkembangan individu, tetapi jelas berpotensi mengancam masa depan bangsa kita. Diperlukan langkah-langkah strategis dan komprehensif untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa setiap anak Indonesia mendapatkan kesempatan yang adil untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.

Indonesia juga akan menghadapi beberapa tantangan yang cukup kompleks khususnya terkait usaha dalam memperbaiki sistem Pendidikan di Indonesia. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam bidang pendidikan, khususnya dalam konteks pluralisme dan multikulturalisme, mencakup beberapa aspek penting seperti halnya; Ketidaksetaraan akses Pendidikan, Permasalahan Teknologi, Kuranngnya inklusi sosial, Resistensi terhadap perubahan, serta kurangnya kualitas tenaga pengajar.

Di tengah kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan di Indonesia, intervensi pemerintah menjadi keharusan yang tidak bisa diabaikan. Terutama setelah terpilihnya Prabowo Subianto sebagai calon presiden setelah kepemimpinan Presiden Jokowi, Prabowo diharapkan membuat langkah-langkah signifikan untuk masa depan pendidikan di Indonesia. Beberapa program pendidikan telah direncanakan oleh Prabowo untuk masa pemerintahan mendatang, seperti halnya program pemberian makan siang gratis di sekolah, Hal tersebut merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah yang bertujuan mengatasi berbagai masalah mendasar yang menghambat perkembangan pendidikan. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan anak-anak, tetapi juga untuk mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi yang sering menjadi penghalang akses pendidikan yang setara dan inklusif. Dengan kebijakan-kebijakan yang proaktif dan terukur, diharapkan masa depan pendidikan Indonesia dapat lebih cerah dan menjanjikan bagi seluruh anak bangsa tanpa terkecuali.

Selama kampanye, pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Gibran, menonjolkan program andalannya yaitu Program Makan Siang Gratis di seluruh sekolah dan pesantren. Program ini segera menarik perhatian dan memicu berbagai reaksi, baik dukungan maupun penolakan. Sebagian pihak meyakini bahwa program ini akan membantu Indonesia dalam mengatasi gizi buruk yang dialami oleh banyak anak di Indonesia. Di lain pihak, sebagain golongan menyebut bahwa program ini hanya akan membebani APBN yang mana efeknya tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.

Program makan siang gratis yang sudah menjadi program prioritas presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sejak awal memang banyak menuai perbedaan pendapat di masyarakat tentang kemungkinan dapat tidaknya diterapkan kelak. Kesalahan terjadi karena dari awal selalu diketengahkan kebutuhan yang agak bombastis untuk program ini.

Sementara Itu, dibalik hebohnya anggaran yang cukup besar yg akan digunakan untuk realisasi program makan siang gratis. Banyak Masyarakat yang justru menyoroti terakit realisasi dan ke efektifan program tersebut.  Hal ini jelas berkaitan dengan rendahnya tingkat kepercayaan Masyarakat terhadap pemerintah.

Dalam sebuah Penelitian yang berjudul "Analisis Sentimen Terhadap Program Makan Siang & Susu Gratis Menggunakan Algoritma Naive Bayes" oleh Ramadani Saputra dan Firman Noor Hasan. Merupakan sebuah Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon Masyarakat pengguna twitter terkait program makan siang gratis tersebut. Penelitian tersebut menunjukan bahwa dari total 785 jumlah data uji dan telah dievaluasi menunjukkan adanya dominasi sentimen negatif dengan jumlah 641 data twitter atau sekitar 81,7%. Sentimen negatif ini muncul atas berbagai faktor, contohnya seperti adanya sikap keraguan masyarakat terhadap efektivitas program, adanya kekhawatiran tentang transparansi dan akuntabilitas penyaluran dana, ataupun adanya ketidaksetujuan terhadap target atau mekanisme program. Disisi lain, ditemukan juga 52 jumlah data pada twitter yang bersifat netral, atau sekitar 6,6%. Hal ini menunjukkan ketidakjelasan atau netralitas dalam tanggapan masyarakat. Selanjutnya, data positif sebanyak 92 jumlah data pada twitter, atau sekitar 11,7%, menunjukkan bahwa masih ada sikap optimisme atau dukungan terhadap program tersebut.

Penelitian tersebut menunjukkan tingginya sentimen negatif, yang mencapai 81,7%, mengindikasikan adanya keraguan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap program makan siang dan susu gratis Prabowo-Gibran. Kekhawatiran terhadap transparansi dan akuntabilitas serta efektivitas program menjadi faktor utama yang perlu ditangani dengan serius.

Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan perbaikan yang menyeluruh, termasuk memperbaiki komunikasi publik dan melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan. Sentimen netral yang mencapai 6,6% juga menunjukkan adanya kebingungan atau ketidakjelasan informasi yang diterima oleh masyarakat. Ini menandakan perlunya peningkatan dalam penyampaian informasi yang jelas dan transparan. Meskipun ada 11,7% sentimen positif yang menunjukkan dukungan terhadap program, persentase ini masih relatif kecil. Hal ini menggarisbawahi pentingnya mendengarkan suara masyarakat dan berupaya untuk meningkatkan kepercayaan publik melalui tindakan konkret dan transparan.

Secara keseluruhan, analisis sentimen pada penelitian tersebut memberikan wawasan berharga bagi pembuat kebijakan untuk menilai efektivitas program dan mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih. Dengan demikian, diharapkan program Makan siang gratis disekolah dapat lebih diterima dan berdampak positif bagi masyarakat luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun