Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah yang menjadi penyumbang terbesar Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Provinsi Jawa Timur. Keadaan ekonomi yang kurang merupakan alasan utama dari penduduk kabupaten Banyuwangi menjadi PMI. Hal ini mengharuskan mereka meninggalkan anak dan keluaganya di rumah. Anak dan remaja yang memiliki orang tua PMI mengalami kondisi fatherless atau motherless, yaitu kondisi ketika ayah atau ibu tidak hadir dalam pertumbuhannya, baik itu secara fisik maupun psikis. Anak fatherless/motherless memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap perilaku berisiko. Ia juga lebih mudah menjadi korban kekerasan yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan psikologis mereka.
Kecamatan Cluring merupakan salah satu wilayah terbesar di kabupaten Banyuwangi yang sebagian penduduknya menjadi PMI. Di kecamatan Cluring, berdiri organisasi Pemuda Cluring Bersatu (PCB) yang merupakan komunitas kelompok remaja yang memiliki orang tua PMI, yang rentan mengalami kekerasan. Oleh karena itu, Ketua Program Pengabdian Masyarakat Pemula, Wahyu Adri Wirawati, berinisiatif melakukan langkah pencegahan terjadinya kekerasan pada remaja dengan melakukan pelatihan asertif. Program ini didukung oleh STIKES Banyuwangi dan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Pelatihan asertif ini bertujuan agar anggota PCB dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kekerasan anak dan remaja dan meningkatkan keterampilan sosial berupa kemampuan asertif untuk mencapai remaja yang sehat secara bio-psiko-sosial dan spiritual dalam menjalani kehidupan sehingga akan menghasilkan generasi muda yang sehat dan sejahtera di masa akan datang.
Pelatihan asertif dilakukan dalam lima (5) sesi yaitu Mengenal jenis perilaku submisif, asertif dan agresif, Mengenal bentuk kekerasan pada anak, Memahami hak anak, Mengenal kekerasan seksual pada anak dan kesehatan reproduksi remaja, dan Mengenal komunikasi dan perilaku asertif. Agar anggota PCB lebih memahami perilaku asertif, dilakukan bermain peran (role play) perilaku asertif dimana dalam satu kelompok ada remaja yang menjadi pelaku kekerasan dan korbannya. Remaja yang berperan menjadi korban tersebut diharapkan bisa menerapkan perilaku asertif dalam setting yang telah disepakati. Tim PMP memberikan motivasi kepada para remaja untuk menyadari arti kehidupan, daya juang, dan kesetaraan hubungan dengan orang lain.Â
Hasil kegiatan ini menunjukkan pelatihan asertif berdampak positif secara signifikan dan efektif meningkatkan kemampuan asertif remaja. Harapan kedepannya, keterampilan sosial anggota PCB meningkat, yakni mereka merasa percaya diri, memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan dengan tegas, memiliki harga diri yang meningkat serta memiliki daya bangkit, dimana pada akhirnya mereka mampu mencegah potensi menjadi korban kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H