Mohon tunggu...
wahyu untara
wahyu untara Mohon Tunggu... -

Saya orang Indonesia, asli Klaten walau hidup di Jogja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Manfaat Praktis Novel-novel Ahmad Tohari

19 Maret 2015   11:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:26 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca novel itu perlu dan menyehatkan mental. Utamanya jika itu menyangkut novel yang asik. Pasti selalu menyedapkan hati. Novel asik beda dari novel bermutu, setidaknya itulah pandanganku. Novel asik itu selalu menggairahkan hati, misalnya model novel-novel Harold Robbins, Jack London, atau lainnya. Novel bermutu selalu membosankan, ini juga pandanganku juga. Membaca War & Peace, Ana Karenina, atau Dokter Zivago selalu membuatku depresi dan murung.

Selain menyedapkan hati, novel ternyata juga bisa memberi pengetahuan praktis. Ambil contoh novel-novel asik dan bermutu dari Om Ahmad Tohari itu, misalnya. Sungguh, kita bisa menarik beberapa manfaat darinya; bahkan kita mungkin bisa mulai melakukan green living karenanya. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

Dari membaca novel-novelnya Ahmad Tohari, maka dapatlah kusadap beberapa ketrampilan praktis:

Dari Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk:


  • Membuat penghitam alis: getah papaya dicampur jelaga.
  • Keramas: cari merang, bakar, aduk dalam air, saring, siap untuk keramas.
  • Layangan: kertas: Daun gadung, kerangka: lidi, tali: serat batang pisang
  • Pengganti kertas rokok: klaras alias daun pisang kering
  • Membuat gangsir yang sedap itu keluar dari lubangnya: kencingi lubangnya
  • Memerahkan bibir: mengunyah sirih

Dari novel Kubah


  • Pengetahuan praktis membuat sebuah partai yang berpengikut fanatic
  • Tidur tanpa diganggu nyamuk dan dinginnya udara hutan: cari tanah berpasir, kubur tubuh hingga kepala saja yang menyembul.
  • Kena kutil: lari ke hutan, cari kemangi hutan
  • Kena malaria: biji oyong sebagai pengganti kina

Dari Di Kaki Bukit Cibalak:


  • Membuat jimat atau santet atau guna-guna hilang kasiatnya: kencingi jimatnya

Baru tentang santét itu saja yang kudapat dari novel Di Kaki Bukit Cibalak, karena aku belum menamatkannya tersebab istri sudah mulai resah dengan tingkahku yang seminggu ini melembur novel-novel itu.

Begitulah, sebagai penutup dan kesimpulan: walau kuping harus pedas karena dijewer istri atau pinggang membiru karena dicubit istri yang gemas dengan tingkahku dengan semua bacaan tersebut;  percayalah, sungguh menyenangkan membaca ulang novel-novel Om Ahmad Tohari itu: asik dan bermanfaat, terutama mungkin bagi yang merasa kena santet cinta dari orang cakep….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun