Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tentang Pertengahan Mei

16 Mei 2016   23:09 Diperbarui: 17 Mei 2016   01:26 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar: dokpri"][/caption]

Setiap Mei memasuki pertengahan, senyumnya melengkung lega, bersyukur, masih memiliki nafas panjang. Segera disiapkannya berbatang-batang lilin, lalu disematkan di wadah-wadah kecil. Memasak sedikit istimewa dari biasanya, lalu di tata dalam meja yang sebelumnya telah ada lilin-lilin yang menyala. Semua dilakukannya sendiri. Kemudian ia menelponku untuk menemani makan malam. Aku selalu siap untuknya. Aku mengerti, bahwa pertengahan bulan Mei selalu ada ritual khusus. Bukan ritual seperti lainnya, akan tetapi ritual itu semacam semangat bagi dirinya, bahwa ia masih memiliki kekuatan. 

Kadang kadang aku berpikir, sebaiknya ia hidup denganku, agar aku tak repot lagi ke sini lalu pulang. Ah, tapi aku juga berpikir, wajar bila ia tak mau tinggal denganku, karena aku juga tak mau tinggal dengannya di sini.

"Pingkan, terimakasih kamu mau datang dan tak pernah bosan."

"Biasa saja Ara," kataku. "Aku mencintaimu,"

"Ya, ya, aku tahu. Aku juga mencintaimu."

"Selamat ulang tahun Ara, umurmu berkurang satu."

Ia mengangguk, lalu seperti biasa, ia memegang tanganku dan mengecupnya pelan. Jemari tangannya terasa dingin. Mungkin disebabkan oleh AC, membuatnya sedikit dingin. Tapi mungkin juga karena ia berada di dekatku dan sedikit gugup, hingga membuat tangannya dingin.

Wajahnya yang terlihat kokoh, sedikit lembut oleh sorot mata binarnya. Ia nampak bahagia.

"Aku bahagia berada di dekatmu,"

"Aku juga," sahutku cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun