Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Sena, Reina, Dua Kamar

13 Mei 2015   21:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14315284521923870560

Sumber Gambar: http://ishackkiswara.blogspot.com/2014/11/cara-membuat-introvert-jatuh-cinta.html

Sena:

"Aku tak akan menghalangimu cantik. Bahkan seluruh duniapun tahu bahwa kamu cantik, tapi, tolong, kamu tak usah menambah merah di pipimu. Tanpa itupun kamu tetap cantik." kataku hari itu. Lalu sambil terbengong, kamu meletakkan kembali pemerah pipi yang terlanjur kamu siapkan. Kamu cemberut, mulutmu maju entah berapa centi. Aku tak perduli, bagiku kamu akan tetap cantik tanpa benda itu.

Lalu kamu ganti mengambil sebentuk pensil yang ujungnya berwarna hitam kecoklatan, apa itu, entah. Kamu letakkan benda itu di atas alis hitammu. Belum sampai kamu membentuknya, akupun berkata, "Apa itu sayang? Bahkan alismu lebih bagus asli dan legam. Untuk apa kau bentuk lagi? Sudahlah. Kamu cukup cantik alami tanpa itu." Kamu meletakkan kembali pensil itu.

Masih sambil cemberut, kamu mengambil sebuah benda, seperti tabung kecil, apakah itu lipstik?

"Ini namanya lipglos sayang," katamu padaku. "Fungsinya menjaga bibir agar tak pecah. Masih juga kau larang?" lanjutmu.

"Kalau itu, bolehlah," kataku.

Memang ribet ya jadi perempuan untuk menjadi cantik, ada bedak, maskara, pemerah pipi atau apapun itu. Bagiku, bila cantik akan tetap cantik. Dan kecantikan adalah relatif, tak perlu harus bersusah payah mencari sesuatu untuk membuat cantik.

"Kita jadi pergi tidak?" tanyamu.

"Ya jadi lah, kenapa?"

"Kamu ribet, apa-apa yang aku lakukan, kamu larang. Memang kenapa sih?"

"Duuh, marah ya?"

"Nggak marah, cuma sebel," ujarmu sambil cemberut, seperti tadi, mulut maju beberapa senti. Aku sangat suka bila kamu dalam keadaan demikian, menurutku, kamu semakin cantik.

"Memang kita mau pergi kemana? Pakai rahasia segala."
"Sudah, nggak usah nanya, kamu pasti suka."

Rahasia? Tentu saja, aku ingin memberimu sebuah kejutan, nah, aneh kan kalau aku harus bilang sebelumnya. Bisa jadi nanti tak rahasia lagi namanya.

**

Reina:

Aku paling sebel bila Sena mulai berulah. Apa yang ingin aku lakukan pasti dilarang. Nah, memangnya aku anak kecil? Hellow..aku istrimu okey.. Over protektif? Wah, ini nih yang aku tak suka. Bakalan membelengguku. Hem, tapi kadang ada benarnya juga. Aku sedari kecil manja, segalanya terpenuhi, juga suka egois. Ini yang harus kurubah. Mindset manja. Biar kamu juga memberi kepercayaan padaku, bahwa aku juga bisa mandiri, dan tidak selalu dilarang bila akan melakukan sesuatu karena sifat over protektifmu itu.

“Kamu nggak boleh pergi sendiri ya, di jalan rame. Kalau kamu ingin pergi kemana, bilang aku, nanti aku antar." katamu kala itu.

Bagiku, itu suatu kesenangan, karena tak harus sendirian kemanapun pergi. Tapi lama-lama aku merasa tak mandiri dan juga tak pede. Aku menjadi penakut bila akan bepergian.

Demi, melihat matamu yang begitu berbinar penuh kasih sayang, aku tak sanggup untuk tak selalu patuh pada segala ucapanmu. Apalagi selama ini didikan orangtua mengatakan agar aku selalu patuh pada suami. Klop sudah, aku merasa menjadi seseorang yang tak mandiri dan bergantung padamu.

Tapi kurasa kamu enjoy saja, merasa tak keberatan, cuma kadang-kadang bila sedang capek, cemberut juga. Padahal aku ingin pergi. Nah kan, mana aku tega memintamu untuk menemaniku keluar? Aku terlalu bergantung padamu.

**

Sena melirik istrinya, cantik, begitu batinnya. Baginya, cantik tak harus terlihat secara fisik saja, tapi juga dari dalam. Kecantikan dari dalam lebih menyentuh hati. Baginya, kecantikan itu juga relatif. Reina adalah wanita tercantik yang ia temui setelah ibundanya. Reina juga patuh padanya, selama ini Reina selalu mengiyakan segala apa yang ia ucapkan.

Hem, Reina melirik suaminya, orang yang paling disayanginya. Baginya, Sena terlalu baik, tapi kadang-kadang terlalu membatasi, meski ia tak pernah merasa dirugikan, bahkan mungkin terlalu dimanjakan.

Hari ini, mereka perang dingin, penyebabnya, apalagi kalau bukan sifat over protektif Sena. Sifat itu yang tak bisa hilang dari diri Sena. Padahal Reina hanya pergi bersama temannya, yang tadi berkunjung ke rumah. Hanya sekedar nostalgia, jajan bakso seperti dulu mereka lakukan, sewaktu mereka masih gadis. Itupun Reina sudah seijin pada Sena, dan Sena mengiyakan. Tapi setelah pulang, Sena cemberut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun