Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Salah Jalan yang Membawa Nikmat

9 Maret 2015   10:27 Diperbarui: 11 November 2015   13:17 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lho, salah jalan kok membawa nikmat? Kok bisa? Jadi begini, sebenarnya ini peristiwa sudah lama berselang, tapi masih saja terekam kuat dalam benak.
Begini, seperti biasa, setiap hari minggu atau hari libur, adalah saatnya untuk hangout kemana saja bersama seluruh penghuni rumah. Eh, enggak semua penghuni rumah ding, tapi cukup orangnya aja, karena si empus dan si ayam di rumah, nggak ikut pergi.
Nah, saat itu, hari Minggu, yang biasanya hampir tiap minggu ke rumah eyang, kali ini penginnya beda. Kali ini ke arah selatan, yaitu ke Yogyakarta.
Hari Sabtu sore, kami sudah melakukan persiapan dengan penuh semangat. Tujuannya adalah melihat pantai di daerah Gunung Kidul, yang menurut cerita sangat cantik. Karena semua penghuni rumah suka pantai, maka tanpa ada yang protes, semua let's go.
Deal, kami berangkat. Awal kunjungan ke rumah kerabat, di Yogyakarta juga, hanya sebentar, sekedar mampir. Setelah dirasa cukup berbincang, kami meneruskan perjalanan. Oke. Kini, saatnya ke pantai..!! Akhirnya menuju Gunung Kidul.

Oya, kami berangkat berempat dan pasti rame. Yang duduk di kursi belakang saling bercanda dan tertawa-tawa. Sedangkan yang duduk di kursi depan, serius melihat jalan, meski juga sambil tertawa-tawa menimpali berbagai candaan.


Well, perjalanan kali ini enjoy, santai nggak dikejar waktu. Jalannya bagus, pemandangannya indah berkelok-kelok. Melewati perbukitan, yang membuat hatiku meleleh saking indahnya. Saat melewati "jalan" yang banyak promosi "Goa Pindul", kami semua bilang, "sudah pernah". Lalu kamipun meneruskan perjalanan. Kan tujuannya pantai. Tentu saja, karena belum pernah berkunjung ke tempat yang dimaksud (ke pantai), harus siaga melihat rambu dan arah yang menunjukkan lokasi yang dimaksud.
Kami sih tetap siaga, tapiii, nah ini dia, ada saatnya kami juga lengah. Saat harus berbelok kiri, kok malah kami lurus. Waduh, kebablasan dong, tanggung mau balik lagi. Ya sudah, pasti ada jalan lain lagi, begitu pikir kami. Sang pembawa mobil santai saja, akupun yang duduk di sampingnya ikutan santai. "Pasti ada jalan lain," katanya.


Nah ini dia, ada rambu lagi di depan. Baiklah, saatnya belok ke kiri, karena ada rambu penunjuk arah yang bertuliskan "ke pantai".
"Yah, kita belok kiri." kataku.
"Oke Bun, apa sih yang enggak buat Bunda."
Kamipun belok kiri. Tapi apa yang terjadi, jalannya mencurigakan, bukan layaknya sebagai jalan umum. Sepertinya, salah jalan deh. Umumnya nih, kalau jalan menuju ke tempat wisata yang ramai dikunjungi orang, pastinya lebar dan bagus. Eh, ini jalannya sepi, sempit, banyak berlobang dan sepertinya jarang dilalui kendaraan.
"Yah, kayaknya kita salah jalan deh,"
"Tenang Bun, kita kan sering tersesat selama ini, tapi tetap bisa menemukan jalan lain kan? Nah, ini juga, pasti nanti kita menemukan jalan pintas. Eh, siapa tahu, justru jalan ini jalan pintas yang paling dekat menuju pantai."
Baiklah, mendengar kata Ayah, aku jadi agak tenang. Kalau yang duduk di belakang sih tenang-tenang saja. Kakak dan adik tetap cuek. Tetap rame dan bergurau, tanpa resah, mungkin dalam benak mereka berpikir, kami tersesatpun tak apa, asal sama ayah bunda.
Kanan kiri jalan, tampak perbukitan dan hutan. Hutan jati dan beberapa pohon akasia yang membaris. Perbukitan kapur nampaknya, karena tanah yang ada kelihatan putih. Sepertinya jauh deh dari tanda-tanda menuju pantai. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?

Nah, inilah yang ingin kuceritakan. Pada saat tegang karena takut salah jalan dan takut tersesat, makjleb, tiba-tiba pandangan mata kami tertuju pada suatu pemandangan yang beda dari pemandangan sebelumnya.

 

Perpaduan tanaman Padi dengan tanaman keras (Kayu Putih)

Sumber Gambar : Dokpri


1425870285974316114
1425870285974316114
 

Sumber Gambar : Dokpri

 

Subhanallah, ada pemandangan yang membuat mata kami terbelalak saking takjubnya. Perpaduan antara tanaman padi dan tanaman keras. Sepertinya sih tanaman kayu putih. Tak mau melewatkan momen ini, kamipun sengaja berhenti, mengabadikan ciptaan Allah SWT Tuhan Yang Maha Pencipta ini. Berkali-kali kami jeprat jepret dan sekalian narsis. Hehehe..

Padahal saat itu kami tidak tahu, kami berada di daerah mana, apa nama daerah itu. Rasa cemas tadi sempat melanda, jadi hilang seketika, demi melihat pemandangan yang menakjubkan ini. (Setelah saya googling, lokasi tersebut di daerah Jalan Raya Paliyan - Playen Karang Duwet Gunung Kidul)


Akhirnya, singkat cerita, sampai juga ke pantai, setelah melalui jalan panjang dan bertanya kesana kemari. Lagi-lagi hati menjadi takjub kembali, saat melihat pemandangan laut di tepi pantai Krakal Gunung Kidul. Banyak batu-batu karang sepanjang pantai, juga bintang laut. Bintang laut ini banyak diburu untuk dibawa pulang. Mereka membawa keranjang kecil untuk menampung bintang laut dan batu karang. Cuma kalo kami, nggak tega, sekedar melihat dan membiarkan mereka menikmati hidupnya tanpa mengusiknya.

 

14258706852059661885
14258706852059661885

 

Mereka Mencari batu karang dan bintang laut

Sumber Gambar : Dokpri

 

Akhirnya, saatnya pulang..

Nah, karena tadi sudah salah jalan, maka kami tak mau salah jalan lagi. Tapi, apa yang terjadi? Ups.. Ternyata kami juga masih salah jalan, hahaha..

 

Jalan yang harusnya ke kanan, kami ke kiri. Pantas saja, kenapa lama banget sampainya. Lagi-lagi di saat kami salah jalan, ternyata kami menemukan kembali suatu pemandangan yang sangat menakjubkan. Kota Yogyakarta dari atas perbukitan. Sungguh takjub saking indahnya, apalagi pada saat itu, di area depan pandangan mata, langit mendung awan hitam, hingga memancarkan cahaya ke abu-abuan, sangat syahdu. Sayangnya, pada saat itu baterai kamera habis, baterai Hp juga drop. Tapi, pemandangan itu terekam erat dalam benak kami. Sungguh indah ciptaan Yang Maha Pencipta ini. Bila sudah begini, kamipun menggumam, Sungguh, nikmat Tuhan mana lagi yang hendak kami dustakan. Berkali-kali kami terkagum-kagum.

 

Nah, begitulah ceritanya, mengapa salah jalan bisa membawa nikmat. Karena rejeki nikmat salah jalan itu sungguh luar biasa. Thankyou Allah.

 

So, bila ingin merasakan salah jalan membawa nikmat, maka lewatlah jalan yang kami tempuh tadi.

 

 

14258710631928544489
14258710631928544489


Salam hangat, have a nice day, Happy Monday..

Semarang, Indonesia, 9 Maret 2015

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun