Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Aku di Sini, Itu Karenamu

14 Desember 2016   17:33 Diperbarui: 14 Desember 2016   18:16 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dek-d.com

[caption caption="Cinta Yang Hilang"][/caption]Jika aku di sini, itu karenamu, masih dalam bentangan waktu yang menunda, dalam jeda yang seolah tak memutar, oleh kesetiaan dan kerinduan yang merepih.

Kamu berkata, "Jena, sebaiknya kau tak menungguku, karena aku berada dalam batas rindu pada tempatnya, berbatas, dimana bisa saja kerinduan menghilang!"

Tapi aku terpaku pada kerinduan yang teramat dalam, hingga menghapus seluruh tak berdayamu.

Kerinduan tak pernah menguar, meski cinta kadang berubah bentuk tak menentu, kadang cinta, kadang benci. Mereka berbaur seolah berlomba untuk mendapatkan tempat di hatiku. Cinta dan benci, sesungguhnya wujud dari kasih sayang untukmu. Masih meragukanku?

***

 

Malam itu kau minta dibuatkan kopi. Tanpa kau mintapun aku akan membuatkanmu minuman. Seperti yang kau suka, secangkir kopi panas dengan perbandingan satu satu antara kopi dan gula. Segera kau reguk selagi panas dan akan selalu memujiku dengan berkata, "Jena, tak ada seenak kopi buatanmu, yang teramu oleh baluran cinta dan sayang." 

Lalu kau menyuruhku sedikit mendekat untuk mendaratkan ciuman di keningku. Aku tersenyum bahagia. Demikian pula kau. Seolah hanya ada di dunia ini, dirimu dan aku.

"Jena, apakah kau mencintaiku?"

"Tentu saja, mengapa kau tanyakan itu?"

"Kalau begitu, terimalah lamaranku," katamu sambil memohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun