Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[HUT RTC] Menata Hati

15 Maret 2016   11:44 Diperbarui: 15 Maret 2016   12:33 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="https://www.google.co.id/search?q=maudy+ayunda+tahu+diri&espv=2&biw=1280&bih=923&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj8jKGI7sHLAhWiHKYKHdyVCooQ_AUIBigB#imgrc=5QD4NkkqjpDbjM%3A"][/caption]

Minggu Ketiga (terinspirasi lagu)

 

Masa lalu akan menjadi penghambat bagimu, bila kamu tak merelakannya berlalu dari kehidupanmu...

 

Pikirmu, aku menderita karena ini? Atau karena kau menari di atas lukaku? Bukan, aku bahkan tak merasakan sakit itu. Aku lebih merasa empati untuk lukamu. Kau yang lebih sakit, sedang aku tidak! Kau yang lebih merasakan mendungnya hari tanpaku, aku tidak! Maka akupun berteriak lantang ke arahmu, hei, aku bersedih untukmu! Tapi...

 

Daun-daun terburai angin, berserakan tak searah, awan hitam berlarian berkejaran mengikuti ke mana arah angin. Aku terdiam di sini. Menunggu, menanti katamu, “Sayang, aku datang lagi untukmu!” Suatu harapan yang tak muluk bukan? Sedangkan dirimu tak ada yang menghalanginya.

 

Maka, ketika masa lalu itu mengikutiku, saat dirimu muncul kembali, dan itu tak mungkin bagiku untuk merengkuhmu kembali. Aku bimbang, antara menerimamu atau berlalu. Karena nyatanya, ketika  menghindarimu dulu, sebenarnya aku mengharapkanmu. Aku berusaha melupakanmu, tapi nyatanya tak bisa. Apalagi sekarang, ketika kau datang kembali, ternyata perasaanku masih menggebu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun