Beberapa hari lalu, saya membeli ubi madu yang sudah matang. Ubi ini memang manis legit, karena cara memasaknya dioven. Rasa manisnya keluar, seperti madu.
Ceritanya saya membeli 2 kilogram. Saya berterimakasih kepada penjualnya dengan cara membeli dagangannya, karena dibolehkan numpang berteduh. Saat itu saya sedang bepergian dengan suami. Mobil ada masalah. Suami mencari bengkel terdekat, sedangkan saya menumpang berteduh di kedai ubi madu.Â
Eh, penjualnya baik hati, saya diajak ngobrol tentang banyak hal. Pengalaman bagaimana awal dia buka usaha, hingga menjadi ramai. Satu hari bisa mencapai penghasilan enamratus ribu, loh. Bahkan pernah lebih.
Tetapi, karena suatu hal, ia berhenti dagang untuk beberapa saat. Lalu memulai kembali berdagang kembali. Itulah, seperti memulai usaha rintisan awal, sekarang pelanggannya belum sebanyak dahulu. Semoga sekarang bertambah laris dagangannya, ya.
Lalu ia juga sharing tentang bagaimana memilih ubi madu yang baik. Jadi, kalau memilih ubi jenis ini, harus yang sudah tua. Rasa manisnya akan keluar saat dimasak. Sedangkan yang masih muda, rasanya akan ada asinnya.
Ubi yang sudah tua itu berciri memiliki titik tunas. Bahkan yang sudah tumbuh daun merahnya, itu merupakan ciri ubi itu tua. Buahnya juga padat, tidak kurus. Enak pada saat dioven, katanya. Oh, gitu ya.Â
Nah, karena saya membeli 2 kilogram, ubi itu masih sisa banyak dan tidak langsung termakan habis. Saya simpan di lemari es. Anak-anak bosan kalau hanya dimakan begitu saja. Wah, dibuang sayang nih. Saya cium baunya masih bagus.
Kepikiran juga, gimana kalau ubi madu ini saya bikin bubur candil untuk berbuka puasa nanti. Manis legit, pasti cocok untuk takjilnya. Cara bikinnya juga tidak ribet, hanya pada saat membuat bulatannya butuh sabar. Bahannya simpel, bisa dibeli di pasar, atau minimarket terdekat.
Baiklah, mari kita masak bersama dan simak cara memasaknya, ya.
Bubur Candil Ubi Madu