"Wibi, pinjam peer matematikamu, ya. Tadi malam aku tak sempat mengerjakannya."
"Ini,"Â
Aku menyorongkan buku peerku padanya.
"Terimakasih, Wibi. Kamu baik banget,"
Segera saja Naura menulis jiplakan pada bukunya. Demimu Nauraku sayang, tak ada salahnya.
"Wibi, sebenarnya kemarin kamu pengin ngomong apa, sih?"
Aku hanya membisu. Aku kadung patah arang dicuekin. Tapi tiba-tiba saja mata Naura berubah nanar. Pojokan matanya itu berbulir seperti kilauan embun.
"Kamu nangis, Naura?"
Naura lari keluar kelas menuju kantin.
"Kamu kok gitu sih, Wibi?" suara cemprengnya membahana di koridor antar kelas.Â
"Kalian bertengkar?" tanya Angel sahabat Naura. Aku hanya mengangkat bahu.Â