Aku menjadi sempurna ketika engkau ada di sisiku. Untuk mendapatkanmu, bukanlah hal yang mudah. Butuh jeda dan waktu yang begitu lama. Merasakan tahap demi tahap, betapa beratnya rindu itu. Menggema di setiap waktu, menyiksa, sungguh menyiksaku.
"Berhentilah, kita harus berhenti!" katamu.
"Mengapa?"
"Aku tak mau merasakan cinta semakin dalam, aku membenci keadaan ini, Bisma!"Â
Ya, ya, semakin dalam engkau mencoba membenciku, semakin dalam pula rasa cintamu padaku.Â
Seperti halnya aku, yang mencintaimu selalu dari waktu ke waktu. Hanya bedanya, aku tak pernah bisa membencimu.Â
"Aku kemarin mengirimkan buku yang berisi kumpulan puisi tentangmu. Sudah kamu terima?" kataku di ujung telpon pada suatu hari.
"Apa? Kamu sudah gila, ya? Bagaimana jika...?" katamu tak meneruskan kata-kata.Â
Benar! Aku sudah gila. Tergila-gila padamu dan tak tahan menahan rindu. Apakah salah?Â
Tentu saja salah menurutmu, karena perbuatanku akan membuatmu kacau berkepanjangan. Suasana rumahmu yang biasa tenang, akan sedikit goncang dengan pertanyaan-pertanyaan yang penuh curiga. Aku tahu itu, hidupmu akan dikelilingi oleh rasa cemburu, yang datang dari orang terdekatmu.Â