Pernah merasakan Kue Mento? Lezat sekali loh rasanya. Manis gurih, terasa nyaman saat menikmatinya. Saya sendiri jarang menyantapnya. Hanya ketika acara tertentu saja bisa merasakannya, karena jarang saya temui di Semarang.
Kemarin ketika saya berkunjung ke Magelang, saya disuguhi Kue Mento. Lalu ingatan saya melayang pada masa lampau. Konon kue ini adalah kudapan mewah untuk keluarga kerajaan. Mungkin karena salah satu bahannya memakai daging ayam, kali ya? Eh, jadi berasa seperti keluarga kerajaan, nih. Hehehe...
Pada masa lampau, masyarakat Indonesia ketika menyajikan kudapan untuk hidangan sehari-hari, memakai bahan yang mudah ditemui di lingkungan sekitar. Biasanya adalah hasil bumi. Seperti beras, jagung, sagu, kacang, kelapa, dan masih banyak lagi. Mereka menanamnya, untuk dinikmati sendiri.
Nah, Kue Mento ini adalah salah satu kue tradisional warisan kuliner Indonesia. Terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan tepung beras, kemudian dibuat dadar dan diisi dengan daging ayam cincang.Â
Setelah itu dilipat seperti risoles kemudian disiram dengan santan kental dan dibungkus dengan daun pisang lalu dikukus. Bahannya mudah dicari dari lingkungan sekitar.
Karena di Semarang tempat tinggal saya jarang ada Kue Mento, maka saya kepingin membuatnya sendiri dan hasilnya ternyata lezat. Cara membuatnya mudah. Hanya sedikit ribet karena harus membungkusnya satu persatu dengan daun pisang.
Anggap saja saat membuatnya seperti bermain pasaran ketika masih kecil. Dulu waktu saya kecil sering bermain pasaran. Kadang bermain dengan teman, kadang bermain sendiri. Nah, saat bermain sendiri, saya sering ngobrol dengan diri sendiri sambil mengarang cerita khayalan di halaman belakang.Â
Alih-alih, ibu saya sering kehilangan pisaunya karena lupa mengembalikannya ke dapur.Â
Ibu sering menggerutu, "Iki pesone ning endi? Kok mesti ilang?" Hahaha... Lalu pelan-pelan saya mengambil pisau, kemudian mengembalikannya ke tempat semula. Hehehe...