"Dasar anak manja," katamu sambil mengucel rambutku.
***
Ya, ya, memang kuas dan kanvas akan lebih berharga ketika kamu mulai konsentrasi pada sebuah media tempat melepaskan luapan emosi imajinasi. Dari awal aku memahaminya dan tak ingin mengganggu.
Tetapi egoisnya cinta akan memintanya berlebih. Memiliki kekasih baik hati, yang akan datang ketika kangen menyertainya. Keberadaanmu, sungguh membuatku berwujud sempurna.Â
"Kamu jangan pergi, tinggallah barang sebentar. Aku masih kangen."
Lalu kamu akan bersikap canggung, kebingungan, dan sedikit aneh. Sesekali menggulung rambut panjangmu menjadi cempolan di atas kepala, lalu melepasnya kembali. Melihatmu seperti kebingungan, aku menjadi tak tega.
"Baiklah, kamu boleh pulang. Aku akan menunggumu esok hari."
Perasaan lega, tiba-tiba memburumu.Â
"Terimakasih atas pengertianmu,"
***
Di rembang petang, tereja nama, pada kangen yang tak pernah usai. Padamu, yang mengisi hati, hari berserta lompatan-lompatan rasa, apapun. Kamu tahu, bahwa kangenku tak pernah luruh, oleh wujud dan waktu.Â