Bintang di langit berselubung kelabu, dalam kerahasiaan menggeletar kerisauan. Di mana beragam kilau bagai permata tersembunyi.
Aku di sini, terbaring di atas peraduan berteman bentangan sutera putih kanan-kiri. Di malam sunyi, tidur di sisi kertas-kertas dan penaku.
Maka biarlah halaman demi halaman kertas mulai teraliri tinta yang berasal dari hatiku, begitu beningnya, menjernihkan isi kepalaku.
Kali ini aku ingin merayu bintang, agar kilaunya segera menampakkan diri dan tak lagi bersembunyi.
Atau kiranya awan kelabu segera sirna, tergantikan sinar cemerlang bintang, menyembul di kisi-kisi genteng kaca atap rumahku, oh, kudengar ini bagai ratapanku yang paling menyedihkan.
Bagai layaknya ratapan sang pengarang, yang membenamkan pikirannya pada lembar kertas tertulis tinta. Bintang menjadi obyek tulisnya.
Kuharap tak akan segara datang fajar, yang membenamkan bintang sedikit demi sedikit, lalu memisahkan aku dengannya.
Semarang, 20 Desember 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H